Puting Beliung Makan Korban Jiwa di Amfoang
jpnn.com - OELAMASI-Cuaca buruk yang melanda sebagian besar wilayah NTT hingga kini belum juga reda. Di beberapa wilayah, seperti di Kabupaten Kupang, TTS, dan TTU, akibat terpaan angin puting beliung disertai hujan menyebabkan sejumlah rumah rusak. Ada yang atapnya diterbangkan angin, dan sebagiannya lagi runtuh karena longsor.
Di Kabupaten Kupang misalnya, akibat hujan deras disertai angin kencang mengakibatkan banjir hingga memutuskan ruas jalan pantai utara (Pantura) yang menghubungkan empat kecamatan di wilayah itu, yakni Kecamatan Amfoang Barat Daya, Amfoang Barat Laut, Amfoang Utara, dan Amfoang Timur.
"Kendaraan yang mau ke Kupang harus memutar melalui jalan poros tengah," ungkap Camat Amfoang Utara, Anderias Naisunis kepada koran ini, kemarin.
Anderias menjelaskan, jalur Pantura yang putus itu tepatnya di kali Taen dan kali Soliu. Sedangkan di Naikliu, jalan sepanjang 50 meter di samping Gereja Imanuel terkikis Sungai Biloto. Begitu juga di jembatan Noemeto 50 meter terkikis kali Noemeto, dan kali Oehani sepanjang 300 meter jalan terkikis habis. Banjir ini pun mengancam areal persawahan seluas 75 hektare.
"Hingga kini belum ada perbaikan setelah banjir memutuskan ruas jalan Pantura yang terputus sejak dua pekan lalu," jelas Anderias.
Akibat bencana ini, lanjut Anderias, stok sembako menipis karena tidak ada pasokan sedangkan harga bensin melonjak naik menjadi Rp 15 ribu per liter.
Masih menurut Anderias, serangan angin puting beliung disertai hujan deras tak hanya memutuskan jalan. Namun pada Sabtu (1/2) lalu, puting beliung berhasil "menerbangkan" rumah milik Maeci Nailius, 80, di Dusun Poti, Desa Afoan. Sang pemilik rumah juga tertimpa atap rumah yang diterbangkan angin itu.
"Korban akhirnya meninggal dunia karena tertimpa atap rumah. Korban sempat dibawa ke Puskemas Naikliu dan mendapat 21 jahitan di kepala, namun nyawanya tak tertolong dan akhirnya meninggal," beber sang camat.