Ranomi Kromowidjojo Bisa Sedikit 'Jowo Ngoko'
jpnn.com - SEJAK merebut dua medali emas Olimpiade 2012, nama Ranomi Kromowidjojo langsung melesat. Dua akun pribadinya di Facebook dan Twitter tiba-tiba kebanjiran komentar serta mention dari banyak orang Indonesia.
"Banyak sekali komentar dari orang Indonesia di akun Facebook saya. Jelas ini karena nama belakang saya yang sangat Jawa,'' kata Ranomi seperti dilansir Telesport.
"Rupanya, saya juga sering muncul di koran di Indonesia. Apakah tulisannya bagus-bagus? Saya tidak tahu. Soalnya, saya tidak bisa membacanya," imbuhnya.
Berdasar laporan Radio Netherlands, kakek Ranomi adalah orang Jawa yang dipekerjakan pemerintah kolonial Belanda sebagai budak perkebunan kopi di wilayah Commewijne, Suriname, pada abad ke-19. Nama perusahaannya adalah Constanzia.
Ayahnya, "Rudy" Poniran Kromowidjojo lahir di Suriname. Pada 1975, saat Suriname merdeka, Rudy memutuskan untuk berimigrasi ke Belanda. Dia lantas bertemu dan menikah dengan gadis Belanda bernama Netty Deemter hingga lahirlah Ranomi.
Sebetulnya, pada 1954, nama keluarga nenek moyang Ranomi adalah Kromowitana. Namun, entah mengapa tiba-tiba, berubah menjadi Kromowidjojo.
"Hubungan saya dekat sekali dengan Suriname. Saya sendiri tidak punya relasi apa pun dengan Indonesia," tegas Ranomi yang mengatakan bisa sedikit bahasa Jawa level ngoko, namun tak bisa berbahasa Indonesia.
Ranomi mengatakan tidak memiliki latar belakang agama yang jelas. Ayah dan kakeknya adalah muslim. Sedangkan ibunya pemeluk Kristen. Tetapi, dia lahir dan besar di Sauwerd, Groningen.