Rapat Daring Dewan Pakar Teknologi Disusupi Video Panas, Ini Saran Pakar
jpnn.com, SEMARANG - Pakar keamanan siber dari CISSReC Doktor Pratama Persadha memandang perlu aplikasi lokal yang aman guna mencegah pengiriman konten panas ketika melakukan rapat daring via Zoom, seperti kejadian dalam rapat online Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas).
"Saat rapat online Wantiknas lewat aplikasi Zoom, penyusup tiba-tiba melakukan share konten panas. Hal semacam ini sering disebut zoombombing, terjadi berulang kali di seluruh dunia," kata Pratama Persadha melalui pesan WA-nya kepada ANTARA di Semarang, Kamis (16/4) malam.
Pratama menjelaskan bahwa zoombombing adalah bentuk ancaman terhadap para pengguna Zoom. Para peretas masuk lewat link yang disebarkan maupun celah keamanan yang ada. Begitu masuk, para peretas bisa mengirimkan berbagai file dalam meeting tersebut.
"Hal inilah yang kemungkinan terjadi dalam zoom meeting di Wantiknas," ujar pria yang berkarier hampir 20 tahun di Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) atau sekarang menjadi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
Baru-baru ini, kata dia, lebih dari 500.000 akun Zoom, termasuk yang berbayar diperjualbelikan di dark web, banyak di antaranya adalah akun yang dimiliki oleh pemerintahan dan korporasi besar. Padahal, Zoom sudah mendapatkan berbagai kritikan atas keamanan sejak awal 2020.
Dengan kejadian tidak mengenakkan di rapat Wantiknas, menurut Pratama, sebaiknya jajaran Ring 1 Istana memakai alternatif lain, kemudian meminta BSSN untuk memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang terkait dengan keperluan video konferensi.
Menurut Pratama, Zoom sendiri sebenarnya sudah memberikan update yang cukup krusial. Namun, kemungkinan belum banyak diketahui penggunanya, seperti fitur enable waiting room.
"Jadi, peserta harus mendapatkan approval (persetujuan) terlebih dahulu saat mau masuk ke meeting," kata Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi (Communication and Information System Security Research Center/CISSReC) ini.