Ratna Berdusta, Kok Kubu Prabowo-Sandi Jadi Dungu Bersama?
jpnn.com, JAKARTA - Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens menduga skenario hoaks yang diembuskan Ratna Sarumpaet sudah dirancang sedemikian rupa. Menurutnya, rencana kepergian mantan juru kampanye Prabowo Subianto - Sandiaga S Uno itu ke Santiago, Chile juga bagian dari skenario setelah kegagalan menebar hoaks penganiayaan.
"Saya melihat tiket keberangkatan Ratna ke Chile sudah disiapkan. Jadi ini ada rancangan, tak mungkin ibu berusia 70 tahun melakukannya seorang diri, pasti ada perencanaan matang," ujar Boni di Jakarta, Sabtu (6/10).
Boni menambahkan, kebohongan Ratna pada dasarnya bukan masalah utama. Sebab, seniman panggung itu menyampaikan kebohongannya di ranah privat.
Bahkan, kata Boni, ibunda Atiqah Hasiholan itu tak pernah menyebarkan kebohongannya soal lebam di wajahnya melalui media sosial (mendos). Sebab, Ratna menyampaikan pengakuannya sebagai korban penganiayaan kepada Prabowo, Sandiaga, Fadli Zon ataupun Amien Rais melalui ruang tertutup.
Hanya saja, sambung Boni, kubu Prabowo - Sandi menyikapi lebam di wajah Ratna dengan membuat interpretasi secara berlebihan dan membuat insinuasi kebablasan. Tujuannya adalah menyudutkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Seolah-olah negara menjadi biadab dan rezim Jokowi otoriter. Merekalah yang membuat kebohongan RS menjadi fenomena politik," katanya.
Karena itu Boni mendesak kepolisian segera mengusut tuntas kasus Ratna. Menurutnya, tidak mungkin orang-orang pintar dan berpendidikan di kubu Prabowo - Sandi serempak menyebut Ratna menjadi korban penganiayaan.
"Tak mungkin juga ini kebodohan kolektif atau sakit jiwa berjemaah yang tiba-tiba. Lebih masuk akal kalau ini diatur jauh hari. Saya ingin katakan, dalam kasus RS ini terjadi kedunguan bersama yang seperti virus baru mengidap para politikus oposisi," pungkas Boni.(gir/jpnn)