Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Refleksi Masa Krisis: Ke Arah Mana Kurva Pemulihan Ekonomi Indonesia?

Oleh: Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI (tengah), Andi Rahmat (kiri) dan Maruarar Sirait

Kamis, 11 Juni 2020 – 13:15 WIB
Refleksi Masa Krisis: Ke Arah Mana Kurva Pemulihan Ekonomi Indonesia? - JPNN.COM
Andi Rahmat (kiri), Bambang Soesatyo (tengah) dan Maruarar Sirait. Foto: Dok. JPNN.com

jpnn.com - HINGGA bulan Februari tahun 2020, perekonomian dunia menunjukkan gairah pertumbuhan positif. Tidak ada tanda-tanda kontraksi berarti, apalagi resesi. Perbincangan dikalangan banyak ekonom dan pelaku bisnis pun demikian.

Pembahasan lebih banyak pada isu kesenjangan ekonomi, stagnasi pendapatan kelas menengah, efek suku bunga rendah bank-bank sentral, perang dagang Amerika dengan China atau Ekonomi Pro Lingkungan.

Dalam hal kritisasi pertumbuhan ekonomi dunia, ramai dibicarakan soal fenomena 'sluggish' (Istilah yang dipilih IMF ketimbang stagnasi), Fenomena Stagnasi Sekuler dalam pertumbuhan ekonomi dan seterusnya. Tidak banyak diskusi atau reportase tentang ancaman krisis, apalagi resiko depresi pada perekonomian.

Tetapi semua itu berubah dramatis diakhir februari dan terus berlanjut hingga sekarang. Tiba-tiba saja seluruh dunia diperhadapkan pada situasi krisis ekonomi, yang makin hari makin menunjukkan kualitas kerusakannya.

Krisis ekonomi ini pemicunya tidak berasal dari dalam perekonomian itu sendiri. Tetapi berasal dari luar lingkungan perekonomian. Krisis kesehatan global, Pandemi Covid 19, berubah menjadi krisis ekonomi yang sulit dicari bandingan efeknya dalam khazanah perekenomian dunia paska Perang Dunia ke-2.

Sebagai pelaku usaha, kami merasakan nuansa optimistis memasuki tahun 2020. Kita memang merasakan adanya 'tekanan' pada perekonomian. Tetapi persepsi terhadap tekanan itu lebih merupakan keadaan koreksi normal perekonomian terhadap 'booming' ekonomi paska 2008. Berupa perubahan perilaku bisnis, baik itu ditingkat konsumen maupun peralihan fokus usaha pelaku usaha.

Dalam periode 2014 hingga 2019 agresifitas investasi menunjukkan tren pengambilan resiko yang tinggi. Terutama pada investasi padat modal dan memakan waktu. Dalam persepsi kami, akan menunjukkan hasil positifnya dimulai tahun 2020 ini.

Akumulasi Realisasi Investasi tahun 2014 mencapai Rp 463,1 trilliun, meningkat menjadi Rp 545,4 trilliun (meningkat 17,77%) di tahun Di 2015. Ditahun 2016 mencapai Rp 612,8 trilliun (meningkat 12,4%).

Sejak awal krisis ini, kami sebetulnya sudah mengajukan istilah 'Maraton' dalam horison kebijakan pemulihan ekonomi nasional. Implisitnya adalah suatu bayangan bahwa pemulihan ekonomi akan melalui perjalanan yang tidak singkat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close