Rencana Yuni atas Bonus Rp 2 Miliar plus Rp 15 Juta per Bulan
Sejak saat itu, tidak henti-hentinya ucapan selamat datang kepada keluarga Yuni dari berbagai penjuru. Ponsel Candiana berkali-kali berdering. Tamu hilir mudik berdatangan.
Lifter 22 tahun tersebut lahir dan besar di tengah keluarga sederhana. Pintu masuk ke gang rumahnya hanya bisa dilewati sepeda motor. Kalau ada dua motor berjalan bersama, harus ada yang mengalah untuk menepi.
Di depan rumah orang tua, ada rumah kakeknya, Andin Lesmana. Di bagian belakang, ada satu tanah petak kosong yang sudah menjadi milik Yuni. Di sebelahnya ada rumah adiknya, Desi, yang kini sudah punya satu anak.
Di rumah orang tuanya itu, jerih payah Yuni selama menggeluti angkat besi sejak berusia 13 tahun tersimpan. Berjejer rapi deretan medali, piagam, serta boneka event di dalam lemari kaca di ruang tamu rumahnya.
Di keluarga Yuni mengalir kuat darah olahragawan. Candiana, sang ayah, dulu merupakan pelari jarak jauh di level kabupaten. Itu pula yang dulu sempat membuat Yuni kecil berlatih lari. Bahkan sempat mengikuti sebuah ajang lari 10 kilometer saat itu.
Tapi, minimnya ajang lari saat itu membuat Yuni berpaling ke angkat besi yang lebih dulu digeluti adiknya, Desi.
’’Suatu ketika Eneng (Yuni, Red) nangis ke saya minta dibawa ke tempat latihan angkat besi di tempat Pak Maman Suryaman,’’ ungkap Candiana.
Maman merupakan sosok dedengkot angkat besi di Jawa Barat. Bersama istrinya, Luki, mereka melihat potensi besar seorang Yuni sejak usia 13 tahun. ’’Saat itulah Bu Luki minta Yuni biar tinggal di mes,’’ ujar Rosita.