Resesi dan Pandemi Sebagai Masalah Bersama
Oleh Bambang Soesatyo*Hingga awal Oktober 2020 ini, total pasien Covid-19 yang sembuh menjadi 218.417 pasien. Namun, angka kesembuhan itu tidak boleh mendorong setiap orang meremehkan ancaman dari Covid-19.
Selain itu, dengan kesadaran dan gerakan bersama menekan jumlah kasus Covid-19 hingga level terendah, citra negara-bangsa akan favourable untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi.
Tak dapat dipungkiri bahwa kesulitan mengendalikan proses penularan Covid-19 mendorong banyak negara, termasuk Indonesia, menunggu dan mengandalkan hadirnya vaksin corona. Beberapa hari lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa vaksin COVID-19 akan bisa segera disuntikkan dalam waktu dekat, sehingga kehidupan bisa kembali normal.
Presiden bahkan optimis pemberian vaksin bagi masyarakat bisa dilakukan pada akhir 2020 atau awal 2021 mendatang. Untuk tahap awal, pemberian vaksin diprioritaskan bagi sekitar 170 juta masyarakat.
Kemudian, secara bertahap, vaksin akan diberikan kepada semua masyarakat. AS pun memperlihatkan sikap dan posisi yang sama.
Pendiri Microsoft, Bill Gates, yang mendanai pembuatan beberapa vaksin corona, bahkan yakin bahwa publik AS akan meraih kembali kehidupan yang normal pada musin panas 2021. Gates yakin karena vaksin corona sudah disetujui untuk disuntikan kepada semua orang di AS pada tahun mendatang.
Di Indonesia, pemerintah pun sudah bekerja keras, tidak hanya untuk menghadirkan jumlah vaksin dalam jumlah atau volume yang memadai, tetapi juga berupaya meminimalisir kerusakan pada sektor ekonomi akibat pandemi dan resesi. Untuk keperluan produksi vaksin oleh PT Bio Farma, bahan bakunya akan dipasok dari Tiongkok oleh Sinovac mulai November 2020.
Sesuai kesepakatan Bio Farma dan Sinovac, Indonesia mendapatkan bahan baku untuk sebanyak 50 juta dosis. Pasokan sejumlah itu akan rampung hingga Maret 2021.