Revitalisasi Lokananta, Cara Erick Thohir Rawat Upaya Bung Karno Perkuat Budaya Nasional
Tak disangka, nama itu ditolak oleh Bung Karno lantaran dinggap kebarat-baratan, Akhirnya, lahirlah nama Lokananta.
Keresahan atas dominasi lagu-lagu Barat saat itu disinggung Bung Karno saat menyampaikan pidato pada 17 Agustus 1959 yang dikenal sebagai "Manifesto Usdek". Salah satu isinya menyinggung lagu-lagu Barat yang disebut sebagai imperialisme kebudayaan.
Sejak itu, RRI tak lagi memutar lagu-lagu Barat beraliran rock n' roll, cha-cha, tango atau mambo. Sebagai gantinya, Lokananta merilis rekaman yang kental dengan muatan musik dan budaya lokal dari berbagai daerah di Indonesia.
Lokananta juga memproduksi ulang pembacaan naskah proklamasi kemerdekaan untuk disebar ke stasiun RRI di daerah.
Selain itu, Lokananta juga memiliki
Lokananta memiliki ribuan koleksi, termasuk master rekaman lagu kebangsaan Indonesia Raya yang pertama kali dinyanyikan. Ada juga master lagu dari berbagai penyanyi legendaris Indonesia seperti Gesang, Waldjinah, dan Titiek Puspa.
Pada 1962, saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games, Raden Maladi yang saat itu menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga meminta Lokananta memproduksi seri 4 album kompilasi lagu-lagu daerah termasuk Rasa Sayange dan lagu daerah lainnya untuk dibagikan kepada kontingen Asian Games pada 15 Agustus 1962. Kompilasi lagu itu diberi judul "Asian Games: Souvenir from Indonesia."
Persinggungan sejarah itu pula yang membuat Erick Thohir bergetar hatinya. Seperti diketahui, Erick adalah Ketua Panitia Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang.
"Tentu saya tadi ketika mutar (Lokananta) saya agak bergetar sedikit rupanya ada koneksi di sini tahun 1962 rekaman lagu Asian Games, kan begini-begini bekas Ketua Asian Games," kata Erick saat berkunjung ke Lokananta.