Revolusi Mental Cara Terbaik Antisipasi Kelompok Radikal
jpnn.com, JAKARTA - Indonesia baru saja mengalami fase cukup sulit dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terkait proses Pilkada Gubernur DKI Jakarta 2017.
Dalam pilkada Jakarta ini, tidak hanya terjadi 'perang' antarpartai politik pengusung pasangan calon (Paslon) tetapi juga intrik dan benturan antarkelompok dan agama.
Hal itu dipicu pernyataan salah satu calon yang dinilai telah melecehkan ayat suci Alquran.
Kasus di pilkada Jakarta ini tidak hanya membuat ibu kota bergejolak, tetapi juga menjadikan Indonesia 'panas'.
Kini, pilkada Jakarta telah usai. Kondisi di ibu kota dan Indonesia pun bergerak ke arah kondusif.
Namun, pemerintah dan semua pihak tetap harus waspada dengan adanya upaya-upaya yang ingin memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Salah satunya adalan ancaman radikalisme dan terorisme.
"Apa yang terjadi pada pilkada Jakarta kemarin, menurut saya bisa dijadikan indikator paling mudah apakah revolusi mental yang dicanangkan Presiden Joko Widodo berjalan atau tidak. Memang ada kelompok radikal yang terindikasi menunggangi pilkada kemarin meski sulit diukur seberapa besar pengaruh kelompok radikal tersebut. Pastinya, kekuatan masyarakat yang akhirnya terbawa dan menentukan proses pilkada itu," papar pakar komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio di Jakarta, Rabu (26/4).
Dia mengungkapkan, kondisi masyarakat ibu kota terkotak-kotak parah selama proses pilkada tersebut, terutama setelah munculnya kasus penistaan agama.