Revolusi Mental Jokowi Dianggap Untuk Sindir Prabowo
jpnn.com - JAKARTA - Wacana "Revolusi Mental" yang digemakan calon presiden PDI- Joko Widodo (Jokowi) terus mendapat tanggapan dari berbagai kalangan. Kali ini tanggapan disampaikan Direktur Eksekutif The President Center (TPC), Didied Mahaswara.
Kepada wartawan di gedung DPR, Senayan Jakarta, Jumat (16/5), Didied mengatakan, yang dimaksud dengan revolusi lazimnya adalah berupa perubahan ketatanegaraan, pemerintahan, atau keadaan sosial yang dilakukan dengan cara cepat dan terdapat unsur mobilisasi fisik di dalamnya.
Sedangkan "mental" berkaitan dengan bathin, tidak bersifat badaniah, menyangkut perasaan atau emosi manusia. Mental ujar Didied, adalah sesuatu dalam diri manusia, tidak tumbuh, tidak berbentuk, hanya bisa dirasakan, dihayati, karena mental berhubungan dengan sikap dan watak manusia.
"Mungkin Jokowi mau nyindir Prabowo yang oleh umum dianggap suka emosi, karena itu emosinya harus direvolusi. Saya kira kalau membuat judul jangan bombastis, tapi malah ngawur," kata Didied.
Menurut Didied, Jokowi yang berlatar belakang sarjana teknik tampaknya kurang mendapatkan masukan untuk gagasannya berupa ide Revolusi Mental tersebut. Sehingga antara judul dan isi tulisan tidak konkret dan tidak implementatif, tapi hanya wacana atau imbauan.
"Jangan-jangan cuma bagian dari jargon kampanye Pilpres-nya Jokowi. Cuma retorika. Cuma jual janji dengan memakai kata revolusi," tegas penggagas Institut Kandidat Presiden, sebuah lembaga pendidikan mental bagi para calon pemimpin ini.
Didied sangat menyayangkan kalau seseorang maju jadi capres hanya karena ingin memanfaatkan situasi yaitu karena popular, padahal belum cukup berkompeten, sehingga sangat mungkin pada saat berkuasa nanti akan melakukan kebohongan-kebohongan.
Dalam konteks ini menurutnya Institut Kandidat Presiden yang sedang dipersiapkan dirinya menurutnya sangat relevan untuk menjadi lembaga penempa mental atau moral para calon pemimpin.