Rezim Assad Bombardir Idlib dari Udara, Sasar Pemukiman dan Pasar
jpnn.com, DAMASKUS - Kota-kota di Idlib mulai luluh lantak. Serangan pasukan Syria dan sekutunya, Rusia, setiap hari memakan korban belasan hingga puluhan orang. Senin (10/6) setidaknya 25 penduduk sipil harus kehilangan nyawa akibat bom-bom yang dijatuhkan dari udara. Tujuh di antara koban tewas adalah anak-anak.
''Sebanyak 13 korban tewas berasal dari Desa Jabala,'' bunyi pernyataan Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) seperti dikutip AFP.
Jet-jet Sukhoi milik Rusia-lah yang menjatuhkan bom di desa tersebut. Sebanyak 12 lainnya adalah korban serangan di Khan Sheikhoun, Kafr Battikh, dan beberapa desa lainnya. Pasukan Rusia juga membombardir kota-kota di Provinsi Hama. Seperti sebelumnya, bom-bom itu sengaja dijatuhkan di ladang, pasar, dan permukiman penduduk.
Serangan yang dilakukan rezim Presiden Bashar Al Assad tersebut sejatinya melanggar kesepakatan yang dicapai September tahun lalu antara Turki, Rusia, dan Syria. Yaitu, wilayah Idlib, Hama, Latakia, dan Aleppo seharusnya menjadi zona netral dan tidak boleh diserang. Area itu merupakan wilayah kekuasaan oposisi.
Metode penyerangan yang dilakukan Assad saat ini serupa dengan yang dilakukannya sejak awal perang Syria. Yaitu, menyerang penduduk sipil dengan membabi buta. Bom barel juga tetap digunakan dengan intensif. Akibatnya, jumlah korban jiwa dan luka kian membengkak.
''Semua menjadi target pengeboman. Mulai toko roti, rumah sakit, hingga pasar. Semuanya. Tujuannya adalah menghentikan pelayanan kepada penduduk sipil,'' ujar dokter bedah Wasel Aljirk. Rumah sakit tempatnya bekerja kini rata dengan tanah setelah dibom pemerintah Syria.
Sejak serangan dilakukan secara intensif akhir April lalu, setidaknya ada 24 fasilitas kesehatan yang dijatuhi bom oleh pasukan Rusia dan Syria. Belasan lainnya ikut tutup karena takut menjadi sasaran serangan.
Al Jazeera mengungkapkan bahwa total korban tewas sudah mencapai 1.500 orang dan separonya adalah penduduk sipil. Bom yang dijatuhkan setiap hari membuat trauma anak-anak di Idlib dan sekitarnya. Begitu ada pesawat lewat, mereka langsung menjerit dan berlarian.