RI Kirim Tim Bantu Investigasi MH17
Tim akan bertolak ke lokasi jatuhnya pesawat hingga menunggu perkembangan situasi di wilayah konflik itu.
Menurut Marty, di kawasan jatuhnya pesawat itu masih sangat terbatas dan ada sedikit dinamika antara pemerintah Ukraina dengan kelompok separatis di sana. Yang terpenting bagi Marty, Indonesia sudah ikut dalam investigasi itu. Dalam investigasi ini, tim dari Indonesia dibagi tiga kelompok yaitu urusan penerbangan, penyidikan puing jatuhnya pesawat, dan urusan konsuler.
Khusus untuk urusan penerbangan, Marty mengatakan tentunya mencari tahu penyebab pasti kejadian ini sekaligus siapa yang bertanggung jawab jatuhnya pesawat MH17. Kemudian untuk urusan puing jatuhnya pesawat, Marty berharap bisa memulangkan jenazah para korban termasuk barang-barang pribadinya.
Sementara itu, Kapolri jenderal Sutarman mengungkapkan keinginannya agar tim DVI (Disaster Victim Identification) Indonesia bisa berperan lebih dalam identifikasi korban MH 17. Saat ini, tim DVI sedang mengumpulkan data antemortem (pembanding fisik) para korban MH 17 asal Indonesia sembari menunggu perkembangan terbaru dari Malaysia.
Tim tersebut masih menelusuri alamat korban dan meminta data kepada keluarganya. Belum jelas berapa keluarga yang sudah menyerahkan data antemortem para korban. Mulai foto terakhir, sidik jari, rekam medis, hingga catatan pemeriksaan gigi. Data-data itu akan segera dikirim ke Malaysia untuk proses identifikasi korban.
"Tim DVI akan kita perbantukan untuk membantu identifikasi dari korban-korban yang berantakan, karena kita punya pengalaman tentang itu," terang Sutarman kemarin.
Dia akan segera berbicara dengan pihak Polis Diraja Malaysia untuk menawarkan bantuan mengidentifikasi para korban.
Menurut Sutarman, tim DVI Indonesia sudah pernah menangani berbagai jenis kecelakaan dan bencana. Dimulai saat awal pembentukan yang langsung menangani korban Bom Bali I lalu berlanjut ke Bom Bali II. Beberapa kejadian lain yang korbannya ditangani DVI Indonesia adalah kecelakaan perahu imigran gelap di Trenggalek pada 2011 dan Cianjur (2013).