Ribuan Balita Terserang ISPA
jpnn.com - SAMPIT – Dampak kabut asap akibat kebakaran lahan kian mengancam kesehatan masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Jika kabut asap tidak juga berkurang, dalam beberapa hari ke depan korban penyakit Inspeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang didominasi balita diperkirakan akan terus bertambah.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kotim dr Faisal Novendra Cahyanto mengungkapkan bahwa berdasarkan data yang dihimpun pihaknya data penderita ISPA terus menunjukkan peningkatan. Sebagaian besar penderita ISPA adalah warga yang berada di perkotaan yaitu di Kecamatan Baamang dan Mentawa Baru Ketapang.
“Pada minggu lalu terbanyak di Ketapang dan Baamang. Untuk perkembangan terbaru kita lihat Senin depan. Jika melihat tebalnya asap sampai saat ini ada kemungkinan mengalami peningkatan. Lonjakan minggu anatara minggu ke-39 dan 40 lalu saja sudah cukup signifikan,” ungkap dr Faisal, seperti dilansir dari Radar Sampit, Rabu (8/10).
Dari data yang berhasil dihimpun media ini, sejak Januari hingga tanggal 5 Oktober jumlah penderita ISPA secara umum ada sebanyak 9.726 penderita. Dan yang cukup mengejutkan sebanyak 1.294 balita menjadi korban kabut asap itu. Terdata dari bulan Juli ada sebanyak 310 balita menderita ISPA, pada Agustus meningkat menjadi 363 balita, September kembali meningkat yaitu sebanyak 384, dan pada Oktober ini ada sebanyak 237 balita yang terserang penyakit gangguan saluran pernafasan itu.
Meningkatnya jumlah penderita ISPA ini seiring dengan maraknya aktivitas pembakaran hutan dan lahan yang semakin tidak terkendali. Akibatnya kualitas udara semakin memburuk, apalagi kabut asap hasil kebakaran lahan telah bercampur dengan material abu dari kebakaran.
Hasil pemeriksaan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang dirilis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim saat bekerja sama dengan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Penilaian Penyakit (BBTKLPP) Banjar Baru, Kalimantan Selatan, tingkat ISPU tercatat sebesar 237,35 mikrogram meterkubik. Nilai ini sudah melebihi ambang batas toleransi ISPU yaitu harus berada di bawah angka 150 mikrogram meterkubik.
Kondisi ini semakin diperparah dengan cuaca panas yang mencapai 36 derajat Celsius serta dengan jarak pandang yang hanya berkisar 20 hingga 30 meter pada pagi. Dampaknya juga mengganggu kelancaran transportasi baik darat, laut, maupun udara. Kabut asap baru menipis pukul 08.30 Wib seiring semakin teriknya matahari.
“Kabut asap tidak akan hilang karena tiupan angin hanya berpindah, tapi ketika panas sudah mulai terik kabut asap akan naik,” ungkap Kepala BPBD Kotim Rukmana Priyatna.