Ribuan Penari Gandrung Merahkan Pantai Banyuwangi
jpnn.com - BANYUWANGI - Perhelatan Paju Gandrung Sewu di Pantai Boom, Banyuwangi, sukses digelar Sabtu sore (23/11). Di bibir pantai yang berada di pesisir Selat Bali tersebut, sebanyak 1.053 pasang penari dengan kostum dominasi warna merah makin melengkapi suasana sunset di pantai tersebut.
Pertunjukan kolosal ini diikuti penari Gandrung dari usia 9 tahun hingga 71 tahun. Para penari tersebut berasal dari seluruh penjuru Banyuwangi yang aktif berkesenian di sanggar-sanggar seni desa dan sekolah.
"Tari Gandrung telah lama mengakar di masyarakat Banyuwangi, mempunyai jejak sejarah yang panjang dalam membentuk dan ikut memengaruhi konfigurasi sosio-kultural di masyarakat," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Perhelatan Paju Gandrung Sewu disajikan secara kolosal dengan menampilkan ribuan penari gandrung dan pengiringnya (disebut paju) di atas lautan pasir saat matahari mulai terbenam.
Tahun lalu, aksi Gandrung Sewu juga dihelat dengan penampilan sekitar seribu penari. Sewu sendiri dalam bahasa lokal berarti seribu. Nah, tahun ini, perhelatan dibikin makin seru dengan tambahan seribu penari pengiring atau biasa disebut "paju", sehingga total ada 2.106 penari. Sehingga event tahun ini disebut "Paju Gandrung Sewu".
Perhelatan kolosal Paju Gandrung Sewu ini bercerita tentang sejarah kemunculan Tari Gandrung di Bumi Blambangan, Banyuwangi.
Terdapat sejumlah segmen yang ditampilkan, yaitu atraksi "Podo Nonton" yang menampilkan tarian "Jejer Gandrung", lalu "Paju Gandrung", dan ditutup dengan "Seblang Subuh". “Kami hadirkan dengan penari pengiring alias paju sehingga semakin kolosal dan meriah," ujar Koordinator Panitia, Udianto.
Aksi Tari Gandrung kolosal dijadikan perhelatan khusus karena melibatkan interaksi dengan masyarakat, di mana Paju adalah para penonton pria yang ikut diajak menari. Paju Gandrung sering dihadirkan saat masyarakat Using menggelar hajatan. Using adalah suku asli Banyuwangi.