Ribuan Pengunjung Terpesona di Festival Wisata Religi Manaqib 2016
Sukses kegiatan ini tak lepas dari support teknologi yang diterapkan Kemenpar. Promosi dilakukan dengan memanfaatkan IT, internet dan sosial media. Kemenpar tak ingin melewatkan potensi jumlah pengguna internet dan tingkat keaktifan netizen dalam mengolah jari dan matanya di dunia maya. Media baru ini benar-benar dimanfaatkan Kemenpar menjadi media promosi.
“Kami mempromosikannya lewat beragam media sosial. Kemenpar tinggal memikirkan strategi yang lebih besar untuk mengejar target wisman 20 juta di tahun 2019. Tentu dengan menggunakan instrumen digital,” papar Asisten Deputi Segmen Pasar Personal Kementerian Pariwisata, Raseno, Sabtu (20/3).
Hasilnya memang efektif. Masyarakat begitu aktif meluncur di dunia maya. Mulai banyak yang mencari tahu. Masyarakat jadi makin mudah mengakses informasi. Nah, kesempatan-kesempatan inilah yang coba dimanfaatkan Kemenpar sebagai media promosi.
"Saya tahu tauziah, khidmad ilmiah serta zikir akbar di festival ini dari media sosial. Saat membaca dari weblog, saya langsung ke Ciamis," kata Fani Ahmad, pengunjung asal Palembang.
Dampak ekonominya luar biasa. Kehadirannya memberi berkah bagi warga lokal dan sekitarnya. Tedy misalnya, penjual beragam buku terkait Abah Gaos, tata cara Manaqib, dan lainnya di depan Ponpes Sirnarasa ini mengaku penjualannya meningkat tajam saat ada festival wisata religi ini.
"Kalau ada festival manaqib saya jualan 24 jam. Di luar itu buka sampai pukul 4 sore," aku Tedy yang sudah berjualan sejak 2012. Dagangan yang beragam itu pun laris diborong pengunjung festival.
Begitupun dengan Ratna yang semula berjualan bakso dan es kelapa dari tahun 2012, sejak ada festival budaya religi ini juga membuka warung kelontong di depan rumahnya, tak jauh dari Ponpes.
"Alhamdulillah kalau ada festival dagangan saya jadi lebih laris terutama mi rebus, bala-bala, makanan kecil, kopi, teh manis, rokok, dan bakso," aku Ratna.(ray/jpnn)