Rio Haryanto Lega, Ini Kata Dia Bisa Selesaikan Balapan di Bahrain
Dalam lomba tersebut, Rio dan Wehrlein (dan hampir seluruh pembalap lain) menerapkan strategi tiga kali pit stop, membagi lomba dalam empat bagian.
Wehrlein memakai kombinasi ban soft-soft-supersoft-supersoft, sedangkan Rio soft-soft-medium- supersoft. Nah, pada bagian ketiga itulah (saat memakai medium) Rio kehilangan banyak waktu.
’’Sebelum pit stop pertama, saya sempat mendekati Pascal. Saya justru pelan saat ganti ban dari soft ke medium. Saya pikir saya bisa me-manage ban terus sampai akhir lomba. Tapi, ternyata Pascal pindah ke ban supersoft. Itu strategi yang lebih tepat,’’ terangnya.
Mungkin Rio bisa memaksakan ban medium itu sampai akhir lomba, sehingga hanya melakukan dua kali pit stop. Tapi, Manor memutuskan untuk mengganti lagi ban Rio saat lomba hanya sisa sepuluh putaran. Selain karena Rio kehilangan terlalu banyak waktu memakai medium (3–4 detik lebih lambat per lap), juga untuk mengantisipasi se- andainya ada kecelakaan dan safety car di akhir lomba.
’’Saya akan mendapat advantage luar biasa (seandainya ada kejadian di akhir lomba, Red),’’ ungkapnya.
Rio menegaskan, GP Bahrain juga menunjukkan bahwa Manor bisa bersaing dengan tim-tim lain, khususnya Sauber-Ferrari dan Renault. Dan mereka bisa langsung tampil lebih baik di seri berikutnya, Grand Prix Tiongkok di Sirkuit Shanghai (15–17 April).
Pasalnya, Shanghai memiliki lintasan dengan beberapa trek lurus, termasuk satu yang sangat panjang (1,2 km), memberi ruang bagi mesin Mercedes untuk ’’berekspresi’’ mempermalukan pesaing.
Sama seperti di Bahrain, Rio juga punya pengalaman di Sirkuit Shanghai di kelas junior dulu. Jadi, dia bisa langsung fokus ke mengoptimalkan setelan mobil.