Rossi & Wayang Kulit
Oleh: Dhimam Abror DjuraidAhok menyimpulkan bahwa kebakaran terjadi akibat sambaran petir. Klaim ini menimbulkan pertanyaan karena diragukan akurasinya. Pakar kilang minyak menegaskan bahwa kemungkinan kebakaran terjadi karena kondisi kilang yang robek dan menimbulkan api ketika terjadi sambaran petir.
Bocoran itu kemungkinan terjadi karena kesalahan maintenance sehingga terjadi rembesan. Ketika tersambar petir muncullah api yang memantik kebakaran. Jadi, bukan petir yang harus disalahkan, tetapi kesalahan maintenance yang harus dibenahi.
Ahok terkesan menyalahkan petir. Dia tidak melihat salah urus di lingkungan internal Pertamina. Dengan menyalahkan petir seolah melepaskan kesalahan dari Pertamina. Kebakaran yang bukan sekali terjadi bukan salah Pertamina, tetapi salah petir, force majeure, kesalahan alam.
Kebiasaan menyalahkan orang lain sudah mendarah daging menjadi praktik yang terinternalisasi secara tidak sadar sejak masa kanak-kanak. Ketika belajar berjalan dan seorang anak terpeleset jatuh di lantai, orang tua akan menyalahkan lantai. Kebiasaan menyalahkan pihak lain kemudian menjadi habitus sampai dewasa.
Kebakaran kilang minyak menyalahkan petir. Banjir di Sintang menyalahkan cuaca buruk dan kerusakan hulu sungai. Kambing berwarna hitam mahal harganya karena banyak dicari orang.
Setiap kali terjadi kesalahan, orang pun mencari kambing hitam. Namanya juga kambing, pasti tidak bisa mendebat ketika dipersalahkan.
Banjir sudah sering terjadi. Kebakaran kilang sering terjadi. Namun, cara penyelesaian yang sistematis belum terlihat dilakukan. Publik mengharap Ahok akan bisa mendongkrak citra Pertamina menjadi perusahaan pelat merah yang membanggakan.
Namun, sampai sekarang publik masih harus sabar menunggu.