Rupiah Mulai Menguat
jpnn.com - JAKARTA - Setelah berhari-hari terjun bebas, kemarin (26/8) rupiah mulai rebound. Data BI berdasar Jakarta Interbank Spot Dollar Offered Rate (Jisdor), rupiah kemarin menguat tipis dari 10.848 per USD pada Jumat lalu (23/8) menjadi 10.841 per USD. Ini merupakan penguatan pertama rupiah sejak 12 Agustus lalu.
Yang cukup melegakan, rupiah menguat signifikan di pasar spot. Data kompilasi Bloomberg menunjukkan, rupiah ditutup di level 10.848 per USD, menguat 1,9 persen atau 210 poin daripada posisi Jumat lalu yang mencapai 11.058 per USD. Jika dicermati, ini merupakan penguatan paling besar jika dibandingkan dengan mata uang negara-negara lain seperti won Korea (0,39 persen) dan yen Jepang (0,26 persen). Sementara mata uang negara-negara lain justru melemah, seperti rupee India (-1,51 persen), baht Thailand (-0,25 persen), dan ringgit Malaysia (-0,24 persen).
Sementara itu, penguatan rupiah tidak diikuti harga saham. Kemarin sektor pasar modal masih menapakkan langkah yang berat untuk menuju pembalikan tren positif. Indeks harga saham gabungan (IHSG) terus terkoreksi hingga awal pekan kemarin, sebesar 49,16 poin atau setara 1,18 persen ke level 4.120,67.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengakui bahwa kondisi perekonomian global dan domestik mulai berbalik, sejak periode akhir semester pertama 2013 ini, karena kebijakan pengurangan stimulus ekonomi The Fed. "Pasar keuangan domsetik pada gilirannya juga terimbas pembalikan arah ini. Sejak triwulan kedua, pasar saham domestik mengalami tekanan sebagai imbas pelepasan saham oleh nonresident," ungkap Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad kemarin (26/8).
Konsolidasi data OJK sepanjang kuartal kedua yang dirilis kemarin menujukkan, terjadi penurunan IHSG mencapai 2 persen (quarter to quarter/Qtq) dan ditutup pada posisi 4.818,89. "Namun, yang perlu dicermati, rata-rata nilai perdagangan dan frekuensi perdagangan di pasar saham masih menunjukkan peningkatan. Sehingga ini bisa diartikan, likuiditas pasar modal Indonesia cukup baik," jelasnya.
Muliaman menyatakan pihaknya terus menyiapkan langkah-langkah untuk memitigasi risiko yang dapat mencuat. "Kami aktif memantau kinerja industri di sektor jasa keuangan, termasuk melakukan langkah-langkah pengawasan (supervisory actions) yang diperlukan agar stabilitas sistem keuangan nasional tetap terjaga," katanya. (owi/gal/c1/kim)