Saatnya Pemuda Hayati Pancasila ketimbang Gandrung Komunisme
jpnn.com, MALANG - Kalangan muda di Indonesia sudah seharusnya makin peduli pada Pancasila. Sebab, saat ini dasar negara dan pedoman hidup Bangsa Indonesia itu seolah-olah hanya dihafalkan tanpa implementasi.
Harapan sekaligus ajakan kepada pemuda itu mengemuka dalam diskusi bertema Peranan Organisasi Kepemudaan Dalam Menangkal Organisasi Masyarakat Anti-Pancasila yang digelar Lingkar Studi Pancasila Brawijaya di Kota Malang, Jawa Timur, Sabtu (15/9). Pemateri pertama dalam diskusi itu, Ahmad Baihaqi Kadmi menyatakan, Pancasila adalah komitmen teguh dari semua elemen bangsa untuk hidup bersama.
Gus Bai -sapaan akrab Baihaqi- mengajak para pemuda untuk menjalin kasih sayang dan empati dengan mengutamakan musyawarah yang dijiwai ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. “Sehingga tercipta keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia,” ucapnya.
Lebih lanjut Gus Bai mengutip pujian diplomat Palestina bahwa Pancasila merupakan rahmat Tuhan yang mempersatukan beratus keragaman etnis dan budaya. Hal itu jauh berbeda dari negara-negara di Arab yang sebenarnya homogen, namun justru terus-menerus terlibat konflik.
Untuk itu, Gus Bai mengajak pemuda mau menelusuri sejarah perjuangan bangsa yang penuh nilai luhur dan keunikan dibanding bangsa lain. "Sehingga Pancasila benar-benar merasuk di dalam jiwa dan menjadi cara pandang terhadap dunia sekaligus menjadi pusat pengendalian diri dalam setiap perbuatan,” sambung dia.
Gus Bai menegaskan, pemuda menjadi sosok sentral yang paling bisa diharapkan memperbaiki keretakan-keretakan di antara elemen bangsa akibat Pancasila yang tak diimplementasikan. Oleh karena itu, pemuda saat ini harus segera menghayati dan mengamalkan Pancasila.
"Agar distorsi kebangsaan oleh kelompok anti-Pancasila atau komunis bisa ditangani dengan lebih mudah dan ampuh," urainya.
Sementara dosen senior Jurusan Sosiologi Universitas Brawijaya (Unibraw) Ahmad Imron Rozuli yang juga menjadi pemateri dalam diskusi itu memaparkan tentang komunisme yang mustahil diterapkan. Cak Imron -panggilan akrabnya- lantas mengutip pendapat Franz Magnis-Suseno bahwa orang yang paham tentang komunis pasti tidak akan mencita-citakannya.