Sang Ibu Belum Tahu, Ayahnya Terus Menangis
’’Besar tubuh yang menempel itu sekitar 1/3 dari ukuran Ginan. Kaki dan tangannya masih belum mekar seperti bayi pada umumnya,” jelasnya.
Dengan kondisi seperti itu, Ginan dipastikan akan kesulitan untuk mendapat air susu langsung dari ibunya. Karena itu, Ismoyowati langsung memberi rujukan agar anak Aep-Yani segera dibawa ke RS Cibabat di kota. Namun, ternyata RS Cibabat angkat tangan. Mereka merekomendasikan untuk membawa Ginan dan kembarannya ke RS Hasan Sadikin, Bandung.
Setelah dilakukan pemeriksaan, analisis sementara Ginan disebut mengalami conjoint twin parasitic, yakni kembar siam parasit. Menurut Sekretaris Jenderal Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) dr Ari Kusuma SpOG, kembar siam atau kembar dempet terjadi saat proses perkembangan pembentukan janin yang tidak sesuai sehingga janin menjadi dempet.
Posisi dempet tersebut bisa pada posisi apa pun pada anggota badan. ’’Bisa dari kepala sampai dengan kaki,’’ ujar Ari.
Kondisi itu akan berakibat kurang baik pada pertumbuhan dari salah satu bayi dempet tersebut. Misalnya, bayi tidak tumbuh atau organ-organ yang terbentuk terbatas. ’’Kondisi seperti itulah yang sering disebut dengan conjoint twin parasitic,’’ jelasnya.
Dalam kasus bayi Ginan, kembarannya mengalami pertumbuhan tidak sempurna dan menempel pada bagian dalam mulutnya. Kejadian tersebut tergolong langka karena kebanyakan kasus kembar siam di Indonesia menempel di kepala atau bagian dada.
’’Tapi, secara teori kembar dempet bisa terjadi di mana saja, di seluruh bagian tubuh bayi,’’ tandasnya.
Pihak rumah sakit belum bisa menjelaskan secara detail rencana tindakan yang akan diambil terhadap bayi Ginan. Yang pasti, mereka akan melakukan operasi pemisahan Ginan dengan tubuh parasit kembarannya. Hanya, mengenai waktu pembedahannya masih menunggu kondisi si bayi hingga memungkinkan.