Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Satu Dekade Karir Shandya Aulia di Dunia Artis

Minggu, 02 Februari 2014 – 09:41 WIB
Satu Dekade Karir Shandya Aulia di Dunia Artis - JPNN.COM
Shandy Aulia. Foto: JPNN.com

jpnn.com - SHANDY Aulia menceritakan perjalanan hidupnya dalam buku Incomplete setebal 272 halaman yang dirilis pekan lalu. Mulai masa kecilnya di Manado, keberhasilannya menyingkirkan 5 ribu peserta casting film Eiffel I’m in Love, hingga akhirnya dinikahi David Herbowo. Melihat penampilannya, banyak yang menilai Shandy sebagai sosok feminin.

Dulu, dia tidak semanis sekarang. Ber tengkar dengan teman laki-laki, meng ambil ikan di kolam dekat rumah, hingga kabur karena tidak mau tidur siang merupakan kebiasaannya semasa kecil.

”Saya anak yang aktif dan sedikit tomboy, meski senang berpakaian seperti putri dalam dongeng,” kata Shandy seperti yang dilansir INDOPOS (JPNN Group), Minggu (2/2). Pada usia 14 tahun, karir perempuan kelahiran Ja karta, 23 Juni 1987 itu di dunia seni peran dimulai secara tak sengaja.

Saat jalan-jalan di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta de ngan kakaknya, dua orang meng hampirinya dan menawarinya untuk menjadi model iklan. Merasa tidak berbakat, putri pasangan Kemas Yusuf Effendy dan Elsye Dopong itu langsung menolak. Tetapi kedua orang itu terus mengikuti dan merayunya. ”Karena kasihan, kakak saya membujuk saya untuk menerima tawaran mereka,” katanya.

Pada hari yang sama, dia dibawa ke sebuah perusahaan periklanan. Masih dalam keadaan bingung, dia mengikuti casting. Tak disangka, keesokan hari ibunya mengabarkan Shandy lolos casting. ”Iklan pertama saya produk deodoran. Saat syuting sangat menegangkan. Perasaan saya campur aduk. Malu, gelisah, takut, dan ingin sekali kabur dari lokasi syuting karena saya sangat tegang,” kenangnya. Ibunya menakut-nakutinya agar tidak merengek minta pulang.

Saat itu, ibunya mengatakan Shandy akan dituntut secara hukum karena menyalahi aturan kalau tidak menyelesaikan syuting tersebut. Sebagai remaja yang masih polos, dia mengurungkan niatnya kabur. ”Saya takut dipenjara,” ungkapnya lalu tertawa. Sukses iklan pertama, tawaran main film dan sinetron menghampiri anak bungsu dari empat bersaudara itu. Juni 2002, dia ditelpon rumah produksi Soraya Intercine Films yang menawarinya casting Eiffel I’m in Love.

Lagi-lagi, Shandy menolaknya. Kali ini keputusannya didukung sang ibu, karena khawatir syuting film akan mengganggu sekolahnya. Tetapi kakaknya kembali berhasil melunakkan hati Shandy dan ibunya. ”Kakak berhasil meyakinkan mama sehingga akhirnya saya diizinkan ikut casting,” kenangnya. Melalui beberapa tahapan, akhirnya dia terpilih dari 5 ribu peserta casting untuk memerankan tokoh Tita dalam film garapan almarhum Nasri Cheppy itu.

Dirilis pada 2003, film yang dibintanginya bersama Samuel Rizal itu ditonton 4 juta orang di Indonesi dan beberapa negara tetangga. Respon positif itu membuat Shandy mulai jatuh hati pada dunia seni peran. ”Siapapun pasti akan makin menyenangi suatu pekerjaan bila sudah melihat hasilnya,” tuturnya. Baginya, akting sangat menantang karena harus memerankan karakter orang lain. Tetapi dia hanya mau berlakon dalam film layar lebar saja.

SHANDY Aulia menceritakan perjalanan hidupnya dalam buku Incomplete setebal 272 halaman yang dirilis pekan lalu. Mulai masa kecilnya di Manado, keberhasilannya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA