Saya Batak, Horas!
Minggu, 11 Maret 2012 – 08:57 WIB
Awalnya, dia agak takut mengikuti kompetisi. Seperti yang pernah dia tonton di TV, acara reality model biasanya diwarnai pertengkaran dan saling iri. "Kalau yang saya lihat, acara seperti ini kan biasanya banyak menguras emosi. Bayangkan saja, kami semua perempuan, semua mau menjadi pemenang. Saya membayangkan itu seperti kucing bertengkar. Ribut. Tapi, ternyata tidak. Saya mencintai teman-teman sesama peserta. Mereka baik semua," tuturnya.
Bahkan, yang lain sangat memperhatikan dia karena dia peserta paling kecil. Berada dua bulan di Singapura, kata Ava, adalah kali pertama dirinya pergi sendiri tanpa orang tua dalam waktu lama. "Saya sudah takut aja kalau nanti homesick gimana. Eh, nggak tahunya malah tidak ngerasain itu sama sekali. The competition was so much fun," lanjutnya. Apalagi, dia yang menjadi pemenangnya. Kesempatan melanjutkan karir sebagai model internasional pun semakin terbuka lebar.
Salah satu keunggulan Ava saat mengikuti kompetisi adalah selalu berhasil dalam tantangan photo challenge. Para kontestan harus melakoni foto sesi dengan tema tertentu. Dalam beberapa hasil foto, Ava terlihat begitu pandai bergaya. Terkadang terlihat anggun dan polos, terkadang terlihat liar. Beberapa foto terlihat sangat berbeda seperti bukan dirinya.