Sayang Istri, Bunuh Anak Tiri, Jenazah Dilempar ke Mobil Bak Terbuka
Tersangka lalu meminta istrinya membersihkan kotoran tersebut. Tapi, Re tidak mengindahkan dan lebih memilih mengurus anaknya. Seketika itu, Fardi memukul korban sebanyak tiga kali di bagian belakang kepala. Na pun pingsan.
Fardi dan Re mencoba menyadarkannya dengan menggunakan minyak kayu putih dan menyiram dengan air.
Usaha mereka berhasil dan melanjutkan perjalanan. Di perbatasan Tenggarong, keluarga yang tinggal di RT 17, Kelurahan Tanjung Laut Indah, itu kembali beristirahat. Saat itu, hari sudah subuh.
Korban kembali mengajak tersangka bermain lalu duduk di pangkuannya. Saat Na buang air kecil, emosi tersangka kembali menjadi. Terlebih ketika Re kembali tidak mau membersihkan bekas kencing di celana tersangka.
Fardi memukuli korban. Dia juga membuang tubuh mungil Na ke dalam bak terbuka. Tubuhnya terempas.
Dengan perasaan tidak bersalah, dia mengangkat tubuh Na yang sudah tidak bernyawa dan menyerahkan kepada Re.
Siasat jahat disusun tersangka. Dia membeli kain kafan dan cangkul. Ketika melewati Prangat, Kilometer 40, jalan poros Bontang-Samarinda, dia menghentikan laju kendaraannya. Dia membawa mayat Na dan menguburkannya di tengah hutan.
“Cara penguburannya tidak layak. Tubuh korban dibungkus kain kafan tidak sebagaimana mestinya. Lubang yang digali pun tidak dalam,” kata Suyono.