Sebut Beberapa Lembaga Survey Hanya Pemain Proyek
jpnn.com - BEDA stasiun televisi, beda juga hasil hitung cepat yang disampaikan ke masyarakat. Di stasiun televisi satu, pasangan capres Prabowo-Hatta menang. Begitu juga sebaliknya, di stasiun televisi yang lainnya, pasangan Jokowi-JK diklaim menang. Atas fenomena tersebut, beberapa pihak pun menyebut ada lembaga survey tertentu yang tega mengadu domba dan mengorbankan masyarakat. Lembaga survey itu disebut tak memiliki metodologi dan rekam jejak yang jelas.
"Quick count (hitung cepat) jangan menciptakan turbulensi politik, apalagi sampai menuju bencana demokrasi," kata Rudi Rohi, Pengamat Politik dari Universitas Nusa Cendana NTT, saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (10/7).
Rudi mengatakan, ada dua bentuk tanggungjawab yang diemban lembaga survei saat menggelar quick count. Yang pertama, pertanggungjawaban keilmiahan agar eksistensi kebenaran dan kredibilitas ilmu pengetahuan bisa dipertahankan.
Sedangkan yang kedua adalah pertanggungjawaban politik dimana hitung cepat tidak semata-mata untuk mengejar kepentingan politik dan kekuasaan.
Nah menurut dia, fakta menunjukkan sejumlah lembaga yang melakukan hitung cepat dalam pilpres kali ini rekam jejaknya tidak semuanya memiliki kredibilitas. Bahkan Rudi menyebut itu adalah lembaga abal-abal. Dimana dalam banyak momentum politik dan pemilu, hanya bertindak sebagai pemain proyek. "Lembaga-lembaga itu hanya dimanfaatkan untuk kepentingan politik dan kekuasaan semata. Jadi, kebenaran pun dimanipulasi," kata Rudi.
Oleh karenanya, Rudi menyerukan kepada rakyat Indonesia untuk mengawal dan mengawasi hasil pilpres ini agar tidak lagi dirampok dan diambil dari rakyat sebagai pemegang kedaulatan. "Penyelenggara pemilu, pengawas, dan aparatur kepolisian harus berani dan tegas menindak semua pihak yang berupaya penyelewengan hasil pilpres," ujarnya. (mas/jpnn)