Sekjen dan Bendum Golkar Minta Amali Tak Tanggapi SMS Akil
jpnn.com - JAKARTA - Dua petinggi Partai Golkar, Idrus Marham dan Setya Novanto dihadirkan sebagai saksi untuk mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar yang menjadi terdakwa perkara dugaan suap penanganan sengketa pemilukada dan pencucian uang. Saat bersaksi, sekretaris jenderal (sekjen) dan bendahara umum (bendum) di Golkar itu dicecar mengenai penanganan sengketa Pilkada Jawa Timur.
Pada persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (24/4) Idrus mengatakan, Ketua DPD I Partai Golkar Jawa Timur Zainuddin Amali pernah menyampaikan mengenai pesan singkat dari Akil. Isinya menyebut ada yang gawat terkait sengketa Pilkada Jatim.
Amali, lanjut Idrus, menyampaikan hal itu sekitar akhir September tahun 2013. Saat itu, Idrus diundang untuk ikut rapat pimpinan yang berlangsung di ruangan Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR.
Idrus yang juga menjabat sebagai penasihat Fraksi Partai Golkar di DPR RI mengatakan, saat berada di ruang ketua kraksi sambil menunggu rapat ternyata Amali datang. Saat itu, Idrus mengucapkan selamat ke Amali.
"Saya ucapkan selamat ketua sudah menang Jawa Timur. Sementara itu Amali mengatakan; ‘iya sudah menang, tapi saya mendapat sms dari Pak Akil yang mengatakan Jawa Timur agak gawat’,” kata Idrus menirukan ucapan Amali.
Idrus pun bertanya ke Amali tentang maksud gawat dalam sengketa Pilkada Jatim. Sebab, laporan yang diterima Idrus menyebut kemenangan pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf yang diusung Golkar lebih dari satu juta suara, bahkan mencapai 1,5 juta suara. Sehingga, lanjut Idrus, tidak ada yang gawat terkait itu.
Oleh karena itu, Idrus menyatakan, pesan singkat itu tidak perlu ditanggapi. "Maka apa yang terkait SMS itu jadi tidak usah ditanggapi, enggak usah dijawab, diam saja," ujarnya.
Idrus menambahkan, Setya Novanto yang juga ada di ruangan itu mengamini pernyataanya. "Ketua fraksi (Novanto, red) mengatakan; ‘iya Pak Amali, apa yang dikatakan sekjen itu betul. Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi soal itu," ucapnya.