Sembarangan Pasang Kawat Bikin Ibu Cantik Jadi Tonggos
jpnn.com - TAMBAHAN karet yang berwarna-warni membuat kawat gigi bukan lagi sekadar alat penunjang kesehatan. Tapi bergeser menjadi “fashion” bagi perempuan. Ini dia tugas berat dokter spesialis kawat gigi. Mereka bingung bukan kepalang, malah bersaing dengan ahli pasang kawat gigi pinggir jalan.
Manusiawi jika drg Rima SpOrt banyak mengelus dada melihat kenyataan yang ada. Tingginya minat perempuan pasang kawat gigi tidak dibarengi pengetahuan yang benar. Bukan saja di Kaltim. Rima mengakui masalah pasang kawat gigi ini merupakan masalah kesehatan gigi nasional.
“Banyak kasus, kami (dokter spesialis ortodonti, Red) menghadapi pasien yang giginya sudah rusak,” jelas perempuan murah senyum ini.
Masyarakat mungkin memilih pasang kawat gigi di ahli kawat gigi pinggir jalan. Atau tempat non-ortodonti lainnya. Padahal untuk menjadi dokter spesialis ortodonti tidaklah mudah. Seorang lulusan dokter gigi harus menempuh pendidikan sekitar 3-4 tahun. Mereka, dokter gigi yang ingin mendapat gelar SpOrt, harus mendalami ilmu mengenai kelainan pertumbuhan gigi serta perkembangan gigi dan wajah terlebih dahulu.
Juga memahami kasus yang berhubungan kawat gigi. Untuk menjadi spesialis ortodonti mesti pula belajar penanggulangan melalui upaya pencegahan dan perbaikan. Baik secara bedah maupun nonbedah untuk mengembalikan fungsi sistem stomatognatik dan estetika gigi yang optimal. “Mulai kasus yang mudah sampai kompleks.
Setelah lulus dan mendapatkan gelar SpOrt pun tidak boleh langsung praktik,” jelas lulusan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan ini. Jadi, lanjutnya, harus melewati lagi berbagai ujian tertulis, lisan, dan uji keterampilan untuk mendapatkan izin praktik spesialis. Faktanya, segala kerumitan medis yang dipelajari tentang kawat gigi tak sebanding saat mereka praktik.
Rima, dan para dokter ortodonti lainnya, justru bersaing dengan pemasang behel di ahli gigi pinggir jalan. Sedihnya lagi, dalam hal promosi, spesialis ortodonti dibatasi. Para spesialis ortodonti hanya boleh memasang pelang praktik dengan ukuran yang sudah ditentukan. “Hitam putih, tidak boleh warna-warni. Tidak boleh memasang gambar behel seperti ahli gigi,” jelas ibu tiga anak ini.
Sejatinya, kawat gigi digunakan untuk memperbaiki struktur gigi. Misalnya gigi renggang, bertumpuk, tonggos, atau gigi bawah lebih maju dari gigi atas. Nah, kawat gigi memiliki batas minimal tarikan agar tidak berdampak buruk. Salah-salah, kawat gigi justru membuat gigi mati atau sendi rahang bergeser sehingga sering pusing. Bahkan membuat bentuk wajah berubah.
Padahal jika sejak awal memasang kawat gigi di spesialis ortodonti, justru memperbaiki bentuk wajah. Misalnya saja, beberapa waktu lalu Rima menerima pasien yang harus menerima kenyataan sejumlah gigi depan atas dan bawahnya mati.
“Pasien ini empat tahun menggunakan kawat gigi yang dipasang di (tukang) kawat gigi bukan dokter ortodonti,” jelasnya.
Ibu berusia 30 tahun tadinya cantik. Tapi bentuk mukanya jadi berubah, giginya pun jadi tonggos. Bibirnya tidak bisa mengatup. Diprotes suami, ibu tersebut mencari tahu sampai akhirnya direkomendasikan dokter gigi umum ke dokter spesialis ortodonti.
“Saya harus menjelaskan sejujurnya, gigi ibu itu memanjang. Setengah dari akar giginya keluar dari tempatnya. Terutama empat gigi depan di bagian atas, giginya tak lagi berfungsi karena goyang,” cerita Rima.
Karena gigi tersebut sudah mati, Rima menyarangkan mencabut gigi tersebut. Kemudian mengganti dengan gigi palsu. Solusi lain, Rima merujuk pasien itu ke dokter spesialis periodonti, dokter spesialis jaringan penyangga gigi. Setelah giginya disehatkan, baru gigi tersebut bisa diatur kembali menggunakan kawat gigi.
“Banyak yang mengira, pasang kawat gigi di spesialis ortodonti itu mahal. Padahal, jauh lebih mahal ketika seseorang salah pasang kawat gigi. Memperbaiki gigi berubah struktur, atau mati seperti pasien tadi, biayanya jauh lebih banyak,” terang Rima.
Dokter berambut legam ini menerangkan, pemasangan kawat gigi melalui proses panjang dan ketat. Ada tahapan kompleks yang harus dilalui pasien sebelum dipasang behel. Mulai dari menghitung jarak antargigi, analisis model gigi, foto rontgen panoramic, dan sebagainya.