Seni Kolaborasi Seniman Australia Dengan Seniman Yogyakarta
Kamis, 02 April 2015 – 06:01 WIB
Beberapa bulan kemudian Monique tiba kembali di Indonesia - kali ini membawa karya seni seberat 80 kilogram.
Butuh waktu tiga hari dan bantuan dari beberapa teman-teman barunya untuk menginstal karya di Lapak 36. Pada awalnya, Monique terkejut dengan perbedaan antara event seni di Melbourne dan pembukaan pameran di Yogyakarta.
"Mulai pukul 16:00, tamu kami tiba dan duduk di lingkaran besar kursi yang disewa di sebelah ruang seni. Karena budaya dominan yang tidak minum-minuman keras, para tamu disuguhi teh, kopi, pisang dan singkong," katanya.
Pada awalnya dia bingung dengan ketidaktertarikan tamu mengenai karya-karya seni yang dipamerkannya - sampai pidato resmi dibuat.
"Hanya setelah memperkenalkan diri sebagai seniman, para tamu dipersilakan memasuki galeri seni dan terlibat dengan karya-karya yang dipamerkan," katanya.
"Hal ini mengakibatkan audiens menjadi lebih karab dan mereka mengalokasikan waktu lebih banyak untuk bersosialisasi serta untuk menghargai karya seni yang dipamerkan,"
“Bagi saya, ini merupakan indikasi dari cara seniman Yogyakarta memperhatikan lebih jauh pentingnya 'budaya diskusi' bagi mereka. Waktu selalu diberikan untuk membahas karya seni mereka, konsep dan peluang pameran dengan teman-teman. Akibatnya, seniman banyak mendapatkan dukungan dari rekan-rekan mereka dan selalu siap untuk mendengarkan kritik konstruktif yang sebenarnya ketika diperlukan "
"Tamu-tamu kami bertahan di pameran itu selama enam jam, berbincang dan menawarkan saran, membuat lelucon dan tertawa," kata Monique