Sensasi Bersauna di Atas Marmer, Dipijat dengan Busa
TURKI merupakan negara yang kaya khazanah budaya.Salah satunya adalah hamam, pemandian umum khas yang merupakan perpaduan budaya Bizantium dan Kesultanan Turki. Berikut catatan wartawan Jawa Pos MOCHAMAD SALSABYL AD’N yang awal Juni lalu merasakan nikmatnya hamam di Istanbul.
----------
Laporan Mochamad Salsabyl Ad’n, Istanbul
---------
HAWA musim panas di Istanbul sore itu (3/6) amat terasa. Meski angin semilir bertiup, para pejalan kaki di pusat kota tetap tidak kuasa menahan terpaan sinar matahari yang terik. Karena itu, warga lebih nyaman mengenakan kaus atau baju yang relatif tipis.
Sore itu, saya tengah berada di Jalan Divanyolu. Tujuannya, memenuhi rasa penasaran terhadap hamam. Maka, saya pun menuju Cemberlitas Hamam yang cukup terkenal di ibu kota Turki tersebut.
Turun dari trem yang mengantarkan dari hotel ke kota, saya langsung disambut pemandangan monumen cerobong peninggalan Kaisar Konstantin. Berdasar referensi di situs internet, Cemberlitas Hamam digambarkan sebagai ruang pemandian yang megah. Bayangan saya, bangunan tempat pelesir itu pasti besar dan penuh ornamen.
Kenyataannya, begitu alamat yang saya cari ketemu, kondisinya nyaris bertolak belakang. Pintu masuk Cemberlitas Hamam sangat sederhana. Yakni, berupa pintu selebar 3 meter dengan tangga menurun. Pintu masuk itu diapit gerai tukang cukur dan apotek.
''Memang banyak bangunan lama di Turki yang akhirnya tertutup toko-toko seperti ini. Terlebih di wilayah padat turis,'' ujar Oky Budianto, staf protokol dan konsuler Kedutaan Besar RI di Istanbul, yang mengantar saya saat itu.
Cemberlitas Hamam merupakan salah satu pemandian khas Turki yang sudah ada sejak 1584. Tempat tersebut dibangun Nurbanu Sultan, istri Sultan Selim II. Desain bangunannya ditangani sendiri oleh legenda arsitek Turki itu. Dengan mempertimbangkan budaya Islam, pemandian warisan era Bizantium tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga tempat untuk laki-laki dan perempuan dipisah.
Meski bagian pintu masuk kurang meyakinkan, pengunjung akan dibawa ke suasana yang lain saat memasuki ruang tunggu. Ruangannya cukup luas dengan dominasi berbahan kayu di seluruh perabotannya. Terlihat jejeran kain putih bercorak setrip merah dijemur di lantai atas. Seperti handuk atau semacam kain untuk keperluan mandi. "Apa yang bisa saya bantu?" ujar seorang pegawai perempuan di meja resepsionis dengan bahasa Inggris seadanya.
Di front office itu terpampang menu hamam yang bisa dipilih pengunjung. Misalnya mandi sauna yang biayanya TRY (Turkish lira) 60 atau sekitar Rp 290 ribu. Setelah bertanya ini dan itu, akhirnya saya memilih traditional style yang ongkosnya TRY 92 atau Rp 445 ribu.