Sensasi Tidur di Rumah Pohon di Taman Langit dan Omah Kayu
Begitu melewati pintu gerbang, pengunjung langsung disambut lokasi selfie pertama. Yakni, seekor angsa raksasa dengan ketinggian sekitar 5 meter berwarna putih. Pengunjung bisa sepuasnya mengabadikan diri dengan latar angsa putih itu.
Lalu sekitar 5 meter menapak agak menanjak, pengunjung langsung disambut dengan tempat tidur ala Taman Langit. Keunikannya, tempat tidur ini bisa digunakan untuk selfie sambil tiduran. Meski alasnya merupakan rumput. Namun, kesan artistic dengan latar pepohonan pinus, tempat selfie ini cukup menarik.
Bila pengunjung terus mengikuti jalan agak menanjak itu, maka akan ditemukan lagi tempat selfie lainnya. Seperti sepeda kahyangan, Bidadari terbang dengan latar perbukitan di kawasan batu.
Begitu sampai di puncak Taman langit, terlihat bangunan kokoh yang sebenarnya merupakan pos pantau. Namun demikian pos pantau ini berubah menjadi tempat menginap dan disewakan. Rumah pantau ini berlantai dua.
Lantai satu mampu menampung sekitar 10-15 orang. Demikian pula lantai dua yang dihubungkan dengan tangga melingkar mampu menampung 10-15 orang. Bahkan bisa lebih. Untuk toilet sudah disediakan dua tempat di dalam berada di lantai satu.
Menariknya di halaman rumah pantau ini, berdiri objek Singa Terbang terbuat dari besi dan perunggu. Berwarna ke-emasemasan. Kenapa disebut singa terbang, karena pada objek singa itu bersayap di bagiang punggung atasnya. Para pengunjung bisa selfie dengan latar singa terbang.
Bila rumah pantau ini sudah terlanjur sudah disewa, Perhutani masih menyediakan dua tempat lagi di kawasan Taman Langit. Yakni, berada sedikit agak bawah. Rumah pohon itu masih tersedia dua unit. Lengkap dengan toilet bagi penyewa yang menginap.
Bila bosan mengunjungi Taman langit, pengunjung bisa ke luar lalu membeli tiket lagi untuk masuk ke lokasi Omah Kayu. Tak jauh berbeda dengan rumah pohon di Taman Langit yang tonggak bangunan masih tertancap di tanah. Namun untuk rumah pohon di lokasi Omah Kayu ini lima unit rumah pohon itu menempel pada pohon pinus.
Pengunjung bisa menyewa untuk menginap. ‘’Jadi bisa merasakan bagaimana rasanya tidur di hutan. Meski berada di dalam rumah. Tapi punya sensasi tersendiri,’’ ujar Gatot menambahkan.