Sentimen Anti Asing Lemahkan Rupiah
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, rilis data neraca perdagangan April 2014 yang mencatat defisit hingga USD 1,96 miliar memang cukup mengagetkan pasar di awal Juni ini.
Defisit itu dipercaya akan berdampak pada melebarnya defisit transaksi berjalan (current account deficit), sehingga makin menekan rupiah. "Fokus BI adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Untuk APBN Perubahan 2014, kita proyeksi di kisaran 11.600 - 11.800 (per USD)," ujarnya.
Menurut Agus, secara fundamental, setiap Triwulan II memang menjadi periode tahunan yang cukup berat.
Selain potensi defisit neraca dagang akibat tren naiknya impor, pasokan valuta asing (valas) di pasar keuangan juga ketat karena banyak perusahaan yang membayar dividen kepada pemegang saham di luar negeri, serta banyaknya utang valas yang jatuh tempo. "Jadi, wajar kalau saat ini rupiah terdepresiasi," katanya. (Owi)