Sepak Terjang Fredi Budiman, Dari Copet Hingga Gembong Narkoba
jpnn.com - JAKARTA – Fredi Budiman menjadi sosok yang paling menyita perhatian dari empat narapidana yang dieksekusi, Jumat (29/7) kemarin. Sepak terjang arek Suroboyo itu memang sangat wow.
Dia bisa mengendalikan peredaran narkoba dari dalam LP Cipinang, Jakarta. Sebelum menjadi gembong narkoba, pria yang meninggal dalam usia 40 tahun itu memulai karier kejahatannya dari skala kecil.
Awalnya, Fredi adalah copet di Surabaya. Tepatnya jadi bos copet karena dia mampu mengkoordinir para pencopet yang beraksi di bus kota di Kota Pahlawan, nama lain Surabaya.
Hal tersebut seperti diungkapkan oleh Ahmadi alias Madi yang merupakan mantan anak buahnya saat masih menjadi copet di Surabaya pada 1990-an.
“Saya mengenal Fredi alias Budi sebagai bos saya, karena sebelumnya sama-sama berprofesi tukang copet di Surabaya,” kata Ahmadi seperti dikutip dari berkas kasasi kasus impor 1,4 juta ekstasi dengan terdakwa Sersan Mayor Supriadi, Kamis (19/9/2013) silam.
Setelah pengalaman di dunia percopetan dianggap cukup, menurut Ahmadi, Fredi kemudian memutuskan hijrah ke Jakarta untuk menggeluti bisnis baru yang lebih menjanjikan keuntungan besar dan cepat. Yakni narkoba.
“Saya bertemu dengan dia (Fredi, Red) lagi di awal 2011 di LP Cipinang (LP Cipinang adalah lapas khusus narkoba, Red). Saat itu saya membesuk teman di LP dan saya bertemu dengan Fredi di sana (LP Cipinang, Red),” kata Ahmadi.
Saat itu, Fredi memang sedang menjalani hukuman sembilan tahun karena tertangkap memiliki 300 gram heroin, 27 gram sabu, dan 450 gram bahan pembuat ineks.