Sepakat Teruskan Sukses Presiden SBY
jpnn.com - JAKARTA - Peserta konvensi capres Partai Demokrat kembali menjalani prosesi debat untuk kali ketiga kemarin (5/2). Di acara yang kali ini dilaksanakan di Hotel Harris, Bandung, tersebut, seluruh peserta punya kesepahaman yang sama tentang perlunya meneruskan capaian sukses pemerintahan SBY saat ini.
Kesepahaman itu dilontarkan setiap peserta, baik di sesi pertama maupun kedua. Sesi pertama menghadirkan lima peserta, yaitu Marzuki Alie, Gita Wirjawan, Endriatono Sutarto, Anies Baswedan, dan Ali Masykur Musa. Sesi kedua menampilkan Dahlan Iskan, Sinyo Harry Sarundajang, Dino Patti Djalal, Irman Gusman, Hayono Isman, dan Pramono Edhie.
Saat moderator memancing dengan pertanyaan tentang mana yang harus didahulukan antara demokrasi atau pembangunan ekonomi, keenam peserta menyelipkan kesepakatan tentang perlunya meneruskan kemajuan ekonomi yang telah dicapai SBY.
Dahlan Iskan yang mendapat giliran terakhir menjawab memberikan perspektif berbeda. Meski pada akhirnya juga menyelipkan perlunya melanjutkan keberhasilan pembangunan ekonomi di era Presiden SBY, menteri BUMN itu sempat membuat gebrakan di awal jawabannya.
Berbeda dengan calon lainnya yang memberikan penekanan pada demokrasi atau pembangunan ekonomi sesuai dengan pandangan masing-masing, Dahlan justru masuk dengan mempertanyakan relevansi pertanyaan yang diajukan moderator. "Pertama mendengar pertanyaan ini, saya menganggap pertanyaan jebakan," kata Dahlan.
Menurut dia, saat ini tidak pas jika ada diskursus mana yang lebih diutamakan antara demokrasi dan ekonomi. "Karena kita sudah memilih jalan demokrasi, kita tidak bisa dan tidak boleh mundur. Ini sudah pilihan kita bersama, tinggal bagaimana mengisinya saja," kata mantan Dirut PLN itu.
Senada dengan hal tersebut, Dino Patti Djalal sepakat bahwa tidak perlu harus memilih antara demokrasi dan pembangunan. "Kita bisa membuktikan demokrasi bisa tumbuh besar, tapi pembangunan bisa tumbuh luar biasa," kata mantan duta besar Indonesia untuk Amerika Serikat itu.
Peserta lainnya, Pramono Edhie, sempat mengingatkan bahwa publik perlu memilih pemimpin yang tidak hanya melibatkan kekuatan uang. Namun, kekuatan ide dan kejelasan konsep menyelesaikan masalah bangsa. "Ambil uangnya, jangan pilih orangnya, bikin mereka kapok," tegasnya. (dyn/c10/fat)