Sepuluh Tahun Lalu Hanya Punya Rp 10 Ribu, Kini Jadi Eksportir Ikan
Kisah Bagyo, Korban Gempa Jogja yang Kini Jadi PengusahaSang istri, Brigita Maryati, menimpali, saat gempa mengguncang, dia berada di rumah bersama anak dan dua keponakannya. Ketika itu, anak dan satu keponakannya sempat terjebak reruntuhan rumah.
”Puji Tuhan, anak-anak masih selamat dan tidak luka. Hanya tubuhnya penuh debu bangunan runtuh,” ujarnya.
Belum tenang mendapati guncangan hebat, isu tsunami pun beredar. Semua orang mencari selamat. Tanpa pikir panjang, Maryati membawa anak dan keponakannya berlari hingga Gabusan.
”Bapak (Bagyo, red) sampai ngomong, ‘dosa apa kok bisa begini ya’. Saya bilang, ‘yang dosa bukan hanya kamu, karena yang mengalami juga bukan hanya kami sendiri’,” kenang Maryati.
Ketika menyelamatkan diri, Bagyo hanya membawa uang Rp 10 ribu saja. Kondisi terasa kian pilu tatkala ada kerabatnya yang terluka dan dirawat di rumah sakit sehingga butuh biaya untuk obat dan membeli makan.
”Ya bagimana, uang tinggal sepuluh ribu. Tapi budhe (kerabatnya) lebih butuh. Akhirnya kami kasih untuk beli bubur kacang hijau dan dimakan bersama,” ujarnya.
Maryati dan Bagyo lantas mencari tempat sementara untuk berteduh. Bagyo tak lagi bisa bekerja sebagai pengepul ikan. ”Yang terpikir saat itu, bagaimana dan di mana kami akan tinggal,” tutur Bagyo.
Bertahap, bantuan demi bantuan pun datang mengalir. Selama kurang lebih dua bulan, keluarganya pun tinggal di gedek di bawah pohon mangga. Bantuan datang dari saudara dan teman-teman pengepul ikan di Gombong.