Serbu Kos-kosan, Densus Tangkap Terduga Teroris Bagian Logistik
jpnn.com - PALU – Tim Densus 88 Antiteror kembali menangkap seorang warga terkait tujuh terduga teroris yang diamankan di Kabupaten Parimo sehari sebelumnya, Minggu (14/9). Densus menyerbu kos-kosan di Jalan Tangkasi, Kelurahan Birobuli Selatan, Palu Selatan. Kos-kosan tersebut digeledah karena diduga menjadi tempat tinggal terduga teroris.
Penggeledahan itu berawal ketika petugas Densus berhasil menangkap Akbar, terduga teroris, di kompleks Palu Plaza, Kelurahan Siranindi, Kecamatan Palu Barat, sekitar pukul 15.00 Wita Senin (15/9). Petugas kemudian menggiring Akbar ke kos-kosannya di Jalan Tangkasi.
Sekitar pukul 16.00 petugas langsung menggeledah dua kamar kos yang disewa Akbar. Sejumlah barang seperti parang dan alat elektronik serta satu unit sepeda motor Mio putih turut diamankan.
Akbar ditangkap petugas Densus setelah dicurigai sebagai pendukung logistik kelompok sipil bersenjata yang berbasis di wilayah Kabupaten Poso. Densus mengantongi informasi bahwa tujuh terduga teroris –empat di antaranya WNA yang kini diperiksa Mabes Polri– sebelumnya sempat singgah di kos-kosan Akbar tersebut.
Tujuh orang itu adalah Ahmed Bozoglan, Abdul Basyit, Aylinci Bayram, dan Alphin Zubaidan, keempatnya dari Turki. Lalu, tiga WNI, yakni Saiful Priatna, M. Irfan, dan Yudit Candra, memang sempat melakukan komunikasi dengan Akbar. Berdasar pengakuan tiga WNI yang juga warga Palu tersebut, petugas mengamankan Akbar.
Welem, 47, pemilik kos-kosan, mengaku sama sekali tidak mengetahui pasti asal usul Akbar. Bahkan, dia tidak mengetahui nama Akbar. ”Dia baru sebulan sewa dua kamar kos di sini. Saya sendiri tidak tahu siapa namanya. Cuma dia bilang dia orang Tojo. Jarang bicara juga,” jelas Welem.
Welem yang juga PNS di Pemkot Palu tersebut menjelaskan, selama sebulan Akbar menyewa kos-kosan itu, tidak ada yang mencurigakan. Hanya, dia sering melihat dua kamar yang disewa Akbar dipenuhi teman-temannya. ”Saya sama sekali tidak curiga. Hanya memang di sini kalau pagi ramai dengan temannya sambil minum kopi. Tapi, kalau malam lampu memang tidak pernah menyala,” lanjutnya.
Beberapa hari lalu, kata Welem, saat ingin menagih uang sewa kos sebesar Rp 700 ribu per kamar, dirinya terkejut karena melihat gembok salah satu kamar telah diganti.