Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Sering Memotret Membuat Daya Ingat Menurun

Jumat, 03 Januari 2014 – 19:23 WIB
Sering Memotret Membuat Daya Ingat Menurun - JPNN.COM
Ilustrasi. FOTO: getty images

jpnn.com - KETIKA berkunjung ke museum, pasti anda sering melihat peringatan supaya tidak mengambil foto di dalam museum bukan? Nah, sepertinya peraturan itu tidak hanya demi keamanan museum tapi juga ada hubungannya dengan kesehatan.

Studi baru dari Fairfield University menemukan bahwa foto bisa menimbulkan efek penurunan daya ingat. Sebuah fenomena psikologis di mana upaya seseorang untuk melestarikan momen-momen justru bisa mengganggu pembentukan memorinya. Temuan ini juga memberi bukti tambahan bahwa teknologi mengubah interaksi seseorang dengan dunia di sekitarnya.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Science menunjukkan bahwa foto-foto yang diambil dengan kamera digital atau smartphone bisa menyebabkan memori atau daya ingat seseorang terhadap objek yang dipotret lebih lemah ketimbang orang tersebut mengamati objek.

"Orang sering mengeluarkan kamera karena takut kehilangan momen yang terjadi di depan mereka. Ketika kita mengandalkan teknologi untuk mengingat momen atau objek, itu bisa berdampak negatif dalam mengingat pengalaman mereka," kata penulis utama studi, Linda Henkel, seperti dilansir laman Daily Mail, kamis (2/1).

Linda dan timnya melibatkan sejumlah mahasiswa dalam percobaan di University’s Bellarmine Museum of Art. Mereka diminta mencatat hal-hal tertentu dari objek menggunakan foto atau hanya mengamati. Hari berikutnya, peserta diminta untuk menggambarkan objek.

Linda menemukan rata-rata peserta yang mengamati objek memberi gambaran yang akurat dan signifikan dibanding peserta yang hanya memotret objek. Menurut Linda, dengan mengambil foto, maka orang akan mengingat lebih sedikit benda, detail objek, dan lokasi objek.

Linda menambahkan, snapshot bisa merusak pembentukan memori dengan memaksa fotografer membiaskan pengalamannya dari objek melalui tindakan sekunder. Dengan kata lain, otak harus mengorganisir dua hal yaitu objek dan tindakan memotret. Meski penelitian ini hanya terbatas pada museum, tapi Linda yakin fenomena ini berlaku hampir di semua konteks kehidupan.

"Penelitian ini sangat dikendalikan dengan hati-hati sehingga peserta diarahkan untuk memotret objek tertentu, bukan orang lain. Tapi dalam kehidupan sehari-hari, saat orang mengambil potret sesuatu, berarti hal itu penting bagi mereka," pungkas Linda.(fny/jpnn)

KETIKA berkunjung ke museum, pasti anda sering melihat peringatan supaya tidak mengambil foto di dalam museum bukan? Nah, sepertinya peraturan itu

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News