Sesepuh Pendiri Golkar Sarankan Prabowo Mengalah Saja
Suhardiman Sebut Jokowi Satrio Piningitjpnn.com - JAKARTA - Tokoh pendiri Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI), Suhardiman memerintahkan seluruh jajaran kader organisasi pembentuk Golkar itu memberikan dukungan kepada pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada pemilu presiden (pilpres) 9 Juli nanti. Menurut Suhardiman, dirinya sebagai pendiri SOKSI punya hak veto untuk membatalkan keputusan organisasi.
Suhardiman mengatakan, dirinya pada Senin (19/5) malam telah bertemu dengan Ketua Umum SOKSI, Ade Komaruddin. "Sebagai pendiri SOKSI saya punya hak veto. Jika tak mengikuti arahan saya, akan saya pecat dan Ade Komaruddin sudah menyanggupi instruksi untuk mendukung Jokowi-Jusuf Kalla. Saya bisa membatalkan jika ada orang yang tidak mengikuti arahan saya," ujar Suhardiman di Jakarta, Selasa (20/5).
Menurut Suhardiman, dukungan kepada Jokowi-Jusuf Kalla karena Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Hatta Rajasa tak mungkin akan berhasil memenangi pilpres. Sebab, negara berkembang seperti Indonesia akan selalu dikontrol oleh negara adikuasi Amerika Serikat.
"Nah semua sudah tahu, Prabowo telah melakukan pelanggaran berat HAM. Jadi tak mungkin (menang, red),” tegasnya.
Suhardiman yang dijuluki sebagai dukun politik itu berpendapat bahwa Indonesia membutuhkan tiga satrio atau satria. Pertama Satrio Kinunjoro yang berarti pejuang atau pemimpin yang sering keluar masuk penjara seperti Soekarno. Kedua Satrio Mukti Wibowo yang terwujud pada sosok Soeharto.
Sedangkan yang terakhir adalah Satrio Piningit. "Figur Satrio Piningit ini ada pada sosok Joko Widodo yang benar-benar berasal dari tingkat bawah," ungkapnya.
Karenanya Suhardiman menyarankan Prabowo agar mengurungkan niat menjadi presiden. "Saya menyarankan Prabowo untuk mengurungkan niat menjadi capres. Lebih baik Prabowo beri kesempatan kepada Jokowi," saran dia.
Lebih jauh Suhardiman mengaku sudah lama mengenal ayah Prabowo, begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo. Suhardiman mengaku sebagai pihak yang membawa pulang Sumitro saat meninggalkan Indonesia dan tinggal di Bangkok, Thailand karena terlibat PRRI Permesta.