Setahun Ganti Hati, Jauhi Bhut Jokolia India
Rabu, 06 Agustus 2008 – 09:21 WIB

Maka, selama di India saya harus hati-hati. Paling-paling saya hanya makan kare ayam. Atau ayam kare. Atau kare dan ayam. Mulai besok, karena sudah lewat satu tahun, baru saya akan mencoba makanan India yang lain pelan-pelan.
Ketika dalam perjalanan ke Metro TV pun, saya sudah waswas. Hujan lebat melanda Jakarta. Saya sangat khawatir itu akan membuat saya flu. Ternyata, saya bisa menghindari hujan berkat mobilnya bisa langsung masuk ke studio. Malam itu, saya dijemput satu keluarga di bandara Jakarta untuk diantar ke studio dan setelah acara selesai diantar kembali ke bandara untuk terus ke India. Keluarga itu punya masalah dengan anak lelakinya yang terkena sakit liver. Berbagai dokter sudah didatangi, termasuk selama sebulan di Singapura. Karena sakitnya tidak beres, keluarga itu ngotot ingin bertemu saya. Tapi, waktu saya ya hanya antara bandara-Metro TV-bandara. Di sepanjang perjalanan itulah kami mengobrol tentang penyakit anaknya. Lalu, kami sepakat untuk pergi bersama-sama mencari jalan keluar yang lebih tepat dua minggu lagi.
Malam itu program Kick Andy mengundang orang-orang yang merasa terinspirasi setelah menonton program tersebut. Salah seorang di antaranya merasa terinspirasi sesudah menonton topik Ganti Hati yang menampilkan saya beberapa bulan lalu. Namanya Ayu dari Malang. Dia sudah tiga kali mencoba bunuh diri karena merasa tidak mampu keluar dari kemelut hidupnya. Antara lain hamil di luar nikah. Bahkan, dia bertekad akan bunuh diri sampai berhasil. Tapi, setelah menonton penayangan ”ganti hati”, dia urungkan niat bunuh diri itu. Dia justru menyatakan akan mendonorkan bagian mana saja dari tubuhnya yang diperlukan orang lain. ”Hidup ternyata tidak pernah sia-sia,” kata ayu. Saya tidak tahu kapan rekaman itu akan ditayangkan. Sebab, sebelum rekaman selesai, saya sudah harus kembali ke bandara untuk langsung ke India.
Memang, selama setahun ini, banyak sekali orang yang bertanya mengenai berbagai penyakit kepada saya. Tentu selalu saya tegaskan bahwa saya ini bukan dokter. Tapi, mereka minta saya ikut membantu saran. Maka, tiada hari tanpa telepon atau SMS dari orang yang memerlukan pemikiran seperti itu. Beberapa di antaranya langsung minta diantarkan menjalani operasi. Sebagian sudah pada pulang. Dua orang di antaranya kini lagi di Tianjin menunggu pulang. Operasinya sudah berhasil.
Sebenarnya, saya akan melewatkan satu tahun ganti hati di Tiongkok. Di samping check up satu tahunan, juga menonton pembukaan Olimpiade. Ternyata, saya harus ke India sehingga tepat tanggal 6 Agustus saya berada di belahan utara India. Mudah-mudahan pagi ini kerusuhan mereda dan bandara tetap dibuka. Kalau tidak, saya akan langsung saja terbang ke Gujarat.
Kini saya memang lagi menulis buku yang akan saya beri judul Hati Baru. Inilah buku yang akan berkisah tentang bagaimana saya merawat dan menjaga hati baru saya selama satu tahun penuh sehingga bisa melewati tahun pertama yang amat menentukan gagal atau tidaknya ganti hati ini. Di buku itu juga akan saya ceritakan kesalahan apa saja yang pernah saya lakukan selama satu tahun ini. Sebenarnya, saya ingin bulan ini buku itu terbit. Tapi, kesibukan yang padat membuatnya tertunda. Sampai hari ini, baru selesai separonya. Mungkin baru bulan depan bisa hadir ke publik. (*)