Setelah Berjaya di Luar Negeri, Film 'Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas' Segera Tayang di Bioskop
Mengusung tema kisah cinta tragis di dunia yang maskulin, film ini menjadi pernyataan bagi Edwin mengenai toxic masculinity.
"Budaya toxic masculinity memaksa lelaki untuk tidak terlihat lemah dan masih sangat terpampang di Indonesia hari ini, di masyarakat yang seharusnya kini lebih terbuka pikirannya dan demokratis ketimbang di era 80an atau 90an," kata Edwin sutradara sekaligus penulis skenario, Rabu (17/11).
Berlatar akhir 80an dan awal 90an, film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas menghadirkan estetika sinema dari era tersebut melalui banyak
cara.
Salah satu caranya adalah penggunaan seluloid.
"Referensi saya tentang gambar sangat dipengaruhi oleh imaji-imaji yang terekam dalam berbagai acara TVRI," jelas sang sutradara.
Untuk Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, Edwin melakukan kolaborasi internasional dengan menggandeng Director of Photography Akiko Ashizawa yang berasal dari Jepang.
Akiko biasa berkolaborasi bersama sutradara kawakan Kiyoshi Kurosawa salah satunya Tokyo Sonata (2008) dan editor dari Thailand, Lee Chatametikool.
Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas telah berkeliling ke 30 festival film bergengsi. (ded/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?