Setelah Malaysia, Kini Singapura Pikir Ulang soal Balapan F1
jpnn.com - SINGAPURA - Kurang serunya persaingan perebutan gelar juara dunia, suara mobil yang tidak berisik, hingga menurunnya jumlah penonton di trek maupun televisi. membuat masa depan Formula 1 mulai suram.
Setelah Malaysia menyatakan tidak akan memperpanjang kontrak penyelenggaraan F1, kini giliran Singapura.
Spekulasi muncul dalam beberapa bulan terakhir bahwa Singapura mulai berpikir ulang untuk memperbarui kontrak penyelenggaraan F1 yang bakal habis akhir 2017. Namun dalam wawancara dengan media Jerman Auto Motor Und Sport kemarin (20/11) F1 Supremo Bernie Ecclestone meyakini bahwa Singapura tidak akan memperpanjang kontrak tersebut.
"Ya, Grand Prix telah membuat Singapura mengeluarkan banyak uang. Tapi sebaliknya kami juga telah memberi mereka banyak uang,'' ucap Ecclestone.
Dia menyadari, sebuah negara atau kota membutuhkan F1 untuk mempromosikan daerahnya. Ketika tujuan itu sudah tercapai, mereka tak butuh F1 lagi.
''Singapura tiba-tiba menjadi negara yang tak sekadar persinggahan dari atau menuju tempat lain. Tapi sudah menjadi sebuah tujuan warga dunia. Sekarang mereka yakin tujuan itu sudah tercapai dan mereka tidak butuh grand prix lagi,'' papar pria 86 tahun tersebut.
Sedikit berbeda dengan Singapura, Malaysia yang juga berencana menghentikan penyelenggaraan F1 karena menurunnya jumlah penonton. CEO Sepang International Circuit (SIC) Datuk Ahmad Razlan Ahmad Razali menyatakan Malaysia perlu jedah dari olahraga ini karena atmosfernya tak lagi seru.
Menurut Razalan saat ini balapan hanya didominasi satu tim, Mercedes. SIC mulai menjadi tuan rumah F1 sejak 1999 dan tercatat sebagai negara Asia pertama yang menyelenggarakan balapan jet darat tersebut selain Jepang. Namun jumlah penonton yang terus menurun hingga pada 2016 ini hanya terisi 60 persen dari kapasitas yang ada, dia yakin sudah saatnya mengevaluasi kontrak penyelenggaraan balapan tersebut. Kontrak Malaysia sebagai tuan rumah akan berakhir pada 2018.