Shopping-Kuliner, Capai 45 Persen dari Cultural Tourism
jpnn.com - SUASANA Semarang dan nuansa Jawa Tengah begitu kental di Balairung, Gedung Sapta Pesona, Kemenpar, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakpus, Rabu malam, (13/4). Sejak memasuki lobi utama lantai 2, gapura berlogo Pesona Semarang dan Wonderful Indonesia sudah menyapa pengunjung. Turun ke lantai 1, gunungan wayang kiri dan kanan semakin memperkuat aroma Kota Semarang, yang menjadi ibu kotanya provinsi Jawa Tengah.
Memasuki Balairung, semua kursi penuh terisi. Sayap kiri, ada stage kecil berisi gamelan Jawa dengan para penabuh nada cilik. Desain stagenya, berarsitektur rumah tradisional joglo dan gebyok ukir. Ada kado besar berwarna merah di sayap kanan panggung utama. Penampilan penari-penari Gambang Semarang juga gesit dan lincah. Replika “Warak Ngendok” yang diangkat berempat, menjadi ciri khas tradisi Kota Lumpia itu.
Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya merasa surprise melaunching Semarang Great Sale & Night Carnival 2016 yang akan digelar pada 1-31 Mei 2016 ini. Wisata belanja itu termasuk dalam Cultural Tourism yang menjadi alasan terkuat 60 persen wisman datang ke tanah air.
Dari 60 persen cultural tourism itu, wisata belanja dan kuliner sudah 45 persen, wisata budaya dan sejarah 20 persen dan wisata kota dan desa 35 persen. “Kalau dari spending-nya, kuliner tertinggi dengan 32 persen, lalu fashion 30 persen, baru craft atau souvenir. Karena itu, adik-adik yang fashion show tadi, jangan berhenti hanya sampai di sini saja. Harus berlanjut ke commercial value,” kata Arief.
Tokoh-tokoh Semarang rupanya juga kompak hadir di Balairung. Seperti Gubernur Ganjar Pranowo, Walikota Semarang Hendi Hendrar Prihadi, Wawalikota Hevearita Gunaryanti, Mantan Menhan dan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Irwan Hidayat Presdir PT Sidomuncul dan masih banyak tokoh asli Semarang lainnya.
Pilihan Kota Semarang untuk mengembangkan cultural industry atau creative industry, seperti shopping, fashion, dan aktivitas creative lain itu sudah on track. Sudah berada di rel yang benar, jika dilihat dari trend revolusi peradaban manusia seperti yang pernah diprediksi oleh Alvin Toffler, dengan The Future Shock “The Third Wave itu.
“Peradaban manusia itu berkembang, dari Gelombang Agriculture, Gelombang Manufacture, Gelombang Teknologi Informasi, dan ke depan adalah Cultural Industry,” ungkap Mantan Dirut PT Telkom ini.
Arief Yahya yang asli Banyuwangi, Jatim ini mencontohkan, Google yang hanya dibangun awalnya oleh tidak lebih dari 20 orang, sekarang menjadi perusahaan aplikasi terbesar di dunia dengan value USD 400 Miliar. WhatsApp (WA), perusahaan yang rugi saja, dibeli Facebook dengan USD 20 Miliar.