Si Buta, Gajah, dan Penelitian
Menjalani pendidikan doktor (PhD) ibarat cerita sejumlah orang buta yang berdebat tentang seekor gajah. Begitu perumpamaan yang dirasakan Amirullah, warga Indonesia yang baru saja menyelesaikan pendidikan PhD-nya di Victoria University, Melbourne.
Tentunya kita tidak asing lagi dengan cerita tentang tiga orang buta dan seekor gajah. Ketiga orang tersebut merasa paling suka dan paling tahu tentang gajah. Alasan mengapa mereka menyukai binatang yang satu ini adalah karena mereka memiliki kemiripan sifat. Misalnya mereka dan gajah biasanya hanya tidur 4 jam dalam sehari, sehingga memiliki banyak waktu untuk aktivitas lain.
Suatu hari mereka berdebat sengit tentang binatang kesukaan mereka ini.Yang tak kalah menariknya ialah mereka bertiga ini menganggap bahwa pendapatnyalah yang paling tepat tentang seperti apa sebenarnya gajah itu. Bahkan mereka telah menghabiskan waktu dan hanya tidur 4-5 jam sehari hanya untuk mencari tahu tentang potret gajah.
Si buta pertama berpendapat bahwa dia yakin gajah itu besar, hangat dan empuk. Si buta kedua membantahnya, karena keyakinannya adalah sebaliknya yakni gajah itu panjang and keras. Sedangkan si buta ketiga dengan sangat meyakinkan membantah kedua rekannya, karena menurut pengalamnnya secara langsung gajah itu tinggi dan kokoh.
Amirullah (kedua dari kanan) baru saja menyelesaikan pendidikan PhD-nya pada Victoria University Melbourne.
Ternyata setelah perdebatan tak berujung itu tidak menghasilkan kesepakatan, dihadirkanlah saksi orang pandai yang dapat dipercaya dapat berlaku adil oleh ketiga orang ini. Menurut orang pandai tersebut si buta pertama tidaklah salah karena yang diraba, dipegang dan dipeluk ialah perut gajah sehingga dia berpendapat bahwa gajah itu hangat dan emput.
Si buta kedua juga benar karena yang dia pegang adalah ekor gajah maka dia bersikukuh kalau gajah itu kecil dan keras. Begitupula si buta ketiga, hanya memegang kaki gajah yang tinggi dan kokoh.
Inilah yang menyebabkan ketiga orang buta ini mengambil kesimpulan yang sangat berbeda terhadap satu objek yang sama. Akhirnya ketiga orang ini sepakat untuk saling memuji kebenaran pendapat rekannya.