Si Nyonya Tua Merugi Rp 392,10 Miliar
JUVENTUS sudah tersingkir dari bursa perebutan gelar Liga Champions setelah hanya mampu finish di peringkat ketiga fase grup. Ketika itu, Bianconeri"Julukan Juve"tidak mampu mendongkrak peringkat mereka setelah kalah tipis 0-1 di kandang Galatasaray, Turki 11 Desember lalu.
Belakangan, hasil buruk dari kandang Galatasaray itu tidak hanya menjadi pukulan telak bagi pendukung Juve, namu juga menjadi kiamat kecil bagi kantong manajemen. Belum lama ini, Beppe Marotta mengungkapkan bahwa, kegagalan saat melawan ke Turki tersebut membuat klub mengalami kerugian hebat.
Bagaimana tidak, manajemen harus mengeluarkan dana ekstragemuk, Rp 392,10 miliar sebagai dana pembiayaan mereka ke Turki. Namun, tragis, ongkos besar itu tidak berarti apa-apa setelah La Vecchia Signora (Si Nyonya Tua)"Julukan lain"Juve harus pulang dengan kepala tertunduk.
"Sebuah klub sepak bola baru saja berurusan dengan masalah yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya," keluh Marotta kepada Corriere dello Sport. "Memang, itu adalah hasil dari sebuah pertandingan, tapi itu juga akibat dari ketidakpastian permainan tim," lanjutnya.
Memang, saat itu Juve hanya membutuhkan satu poin tambahan untuk bisa mendampingi Real Madrid lolos ke babak 16 besar Liga Champions. Sebelumnya, Juve berada di peringkat kedua dengan mengoleksi enam poin, sementara Galatasaray berada di peringkat ketiga dengan koleksi empat poin.
Namun, hasil kekalahan tipis di pertandingan terakhir tersebut menggugurkan harapan Juve. Mereka harus kandas di fase grup. "Padahal, bila kami bisa saja menyamakan kedudukan akan menjadi arti terbesar bagi tim. Tapi, kenyataan berkata lain, kami harus tersingkir dari Liga Champions dengan menghabiskan biaya sebanyak 25 Juta Euro," keluhnya.
Parahnya lagi, lanjut Marotta, biaya besar yang telah mereka keluarkan untuk Liga Champions itu tidak sebanding dengan pemasukan yang mereka dapatkan sepanjang musimm ini. Itu karena jumlah penonton yang datang menyaksikan pertandingan mereka secara langsung kian merosot.
"Itu adalah kenyataan pahit yang harus kami terima selama musim ini. Dalam beberapa pertandingan, penonton yang hadir rata-rata di bawah 50 persen. Ini membuat pertumbuhan keuangan kami berbeda dengan tim-tim yang ada di Eropa dan Inggris misalnya," keluhnya lagi.
Sementara itu, Antonio Conte, pelatih Juventus mengatakan bahwa penyesalan manajemen tersebut seharusnya tidak berkepanjangan. Sebab, mereka masih memiliki kesempatan besar untuk mengamankan scudetto Serie-A musim ini. "Saya selalu bilang bahwa Scudetto adalah prioritas utama kami. Itu adalah gelar ketiga berturut-turut yang akan kami berikan kepada pengurus," tegas Conte. (dik)