Siapa Capres Siapa Cawapres
Selasa, 24 Maret 2009 – 06:12 WIB
Merasa diri lebih pantas dari lainnya kadang bisa melenyapkan segalanya. Syahdan, filsafat orangtua di masa silam yang jauh menyindir, bahwa tidak sama Anda, tidak sama saya, biarlah sama orang lain saja, kedengarannya seperti bahasa orang yang terluka. Padahal, bahasa politik meski kadang setajam pisau tidak harus dibawa ke hati.
Menganggap orang lain lebih pantas bisa melahirkan respek, dan jika fakta perolehan suara Pemilu DPR menunjukkan lain, maka yang dianggap pantas tak mustahil bilang “monggo, Anda yang number one.” Tapi fatsoen politik macam itu hanya ditemukan di antara para negarawan berjiwa besar. Tapi, ah, ibarat Piala Dunia, si kulit bundar masih mungkin bergulir kian kemari. (*)