SIMAK! Dua Langkah Untuk Memperkuat Pasukan Burung Hantu
jpnn.com - JAKARTA - Niat pemerintah untuk memperkuat Densus 88 Anti Teror cukup serius. Salah satunya, ada rencana menambah jumlah personil dan kemampuan dari pasukan burung hantu tersebut. Targetnya, Densus 88 mampu menyempurnakan kemampuan deteksi dini dan pencegahan aksi teror.
Kadivhumas Mabes Polri Irjen Anton Charliyan menuturkan, memang setelah aksi teror Thamrin, ada rangkaian penangkapan yang dianggap sebagai reaksi terhadap kejadian tersebut. ”Namun, sebenarnya Densus 88 juga berupaya mencegah,” ujarnya.
Penangkapan sebelum tahun baru dan penangkapan setelah aksi ini, mau tidak mau juga tetap mencegah aksi lain terjadi. Namun, begitu memang harus diakui kewenangan Densus 88 masih membatasi upaya pencegahan itu. ”Makanya, diharapkan dengan revisi undang-undang anti teror, semua itu bisa ditambal,” paparnya.
Apalagi, dengan penangmahan anggaran Rp 1,9 triliun. Dia menuturkan, Polri sudah memastikan menyempurnakan Densus 88 secara habis-habisan. Ada beberapa langkah yang disiapkan untuk memenuhi hasrat itu. ”Kami sedang rancang semua,” jelasnya.
Pertama, langkah paling awal, saat ini sedang berupaya mewujudkan penambahan personil dan penempatan di setiap Polda. Penambahan personil ini menjadi kebutuhan yang tidak terelakkan mengingat jumlah anggota Densus 88 hanya sekitar 100 orang. ”Padahal, perkembangan dan jumlah terduga teroris begitu banyak,” paparnya.
Penempatan anggota Densus 88 di Polda ini juga menjadi salah satu cara agar upaya pencegahan bisa lebih efektif. Dengan ditempatkan di daerah, maka informasi diharapkan lebih cepat dan akurat diterima. ”Mobilisasi anggota Densus juga akan jauh lebih cepat dan mudah,” ujarnya.
Sebenarnya seberapa kekuatan Densus 88 untuk mencegah aksi? Dia menuturkan bahwa Densus tidak perlu untuk dipertanyakan kemampuannya. Bahkan, sebenarnya travel advisory yang dikeluarkan pemerintah Australia itu berawal dari informasi Polri dan Densus 88.
”Kami yang memberikan mereka informasi terkait kondisi keamanan di Indonesia. Agar mereka lebih berhati-hati. Informasi itu bukan dari intelijen Australia,” terang jenderal berbintang dua tersebut.