SIMAK! Permintaan Anindo untuk Parpol Pengusung Ahok
jpnn.com - JAKARTA – Ketua Umum Aliansi Nasionalis Indonesia (Anindo), Edwin Henawan Soekowati, meminta Partai politik (Parpol) pengusung Calon Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, untuk menertibkan bicara Ahok.
“Ini menjadi tugas utama para para pimpinan parpol pengusung agar Ahok tidak lagi berbicara yang menyinggung masalah suku, agama, ras dan antargolongan atau SARA, yang berpotensi memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tandas Edwin didampingi Ketua Anindo Riano Oscha, dan Ketua Anindo Bob Randilawe seperti dikutip dalam rilis diterima, Selasa (18/10).
Menurut Edwin, belum selesai kasus Surat Al Maidah yang mengundang reaksi umat Islam, belum lama ini tepatnya saat menghadiri acara ulang tahun politisi senior PDIP, Sabam Sirait, Ahok lagi-lagi keseleo lidah atau salah dalam menafsirkan Pancasila.
“Ahok mengatakan, bahwa Indonesia utuh apabila minoritas sudah menjadi presiden. Ini adalah penafsiran yang keliru dan sangat berbahaya. Karena statemen Ahok ini sama saja menilai kalau Pancasila walau di pimpin oleh mayoritas dan berhasil,tapi minoritas blm jadi Presiden maka Pancasila blm sempurna. tandas mantan anggota MPR/DPR Fraksi PDI periode 1987-1992 ini.
Jadi, lanjut Edwin, hendaknya parpol pengusung segera mengambil langkah-langkah agar Ahok tidak lagi melontarkan statement-statement berbau SARA dan juga menafsirkan Pancasila sesuai kehendaknya sendiri, yang bisa menimbulkan polemik berkepanjangan di masyarakat.
“Sebenarnya sangat tidak relevan mempertentangkan soal SARA di Indonesia ini, Sebab Indonesia ini sebenarnya dibangun atas dasar suku, agama, ras dan antar golongan. Di atas negara kepulauan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” terang mantan anggota KPU untuk Pemilu 1999 ini.
Apalagi kalau ada penafsiran-penafsiran yang keliru maupun kepentingan agama-agama dan suku-suku yang lainnya.
“Kita harus selalu ingat dengan kalimat agama mu, agama mu dan agama ku adalah agama ku, dan tidak ada dominasi mayoritas dan tirani minoritas dii indonesia. Mari kita saling menghargai satu sama lainnya guna menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia,” harap Edwin.