Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Simplifikasi Dinilai Jadi Opsi Ideal Penentuan Kebijakan Cukai Tembakau

Senin, 14 September 2020 – 12:18 WIB
Simplifikasi Dinilai Jadi Opsi Ideal Penentuan Kebijakan Cukai Tembakau - JPNN.COM
Ilustrasi pekerja di pabrik rokok. Foto: Bea Cukai

jpnn.com, MALANG - Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Ahmad Erani Yustika menilai simplifikasi struktur tarif cukai tembakau sebagai opsi kebijakan yang ideal untuk dijalankan dalam kebijakan cukai hasil tembakau.

“Saya berpendapat simplifikasi bisa menjadi opsi ideal dalam penentuan kebijakan cukai tembakau dengan memenuhi beberapa syarat,” ujar Erani dalam Diseminasi Publik Hasil Penelitian Cukai Hasil Tembakau: Roadmap Simplifikasi, Celah Kebijakan dan Dampaknya, di Universitas Brawijaya belum lama ini.

Kebijakan ini dinilai Erani bisa menjadi bagian dari agenda demokrasi ekonomi karena menciptakan persaingan usaha yang adil. Pasalnya, dengan simplifikasi, perusahaan besar akan dikumpulkan dengan perusahaan besar lainnya.

Artinya persaingan usaha akan terjadi sesuai dengan level perusahaannya, sehingga menutup celah bagi perusahaan besar bersaing dengan perusahaan kecil.

Selain itu, simplifikasi struktur tarif cukai hasil tembakau akan menjadi instrumen yang ideal dengan sifatnya yang dapat meningkatkan penerimaan negara.

Berdasarkan kajian dan simulasi yang dilakukan oleh tim peneliti dari Pusat Kajian dan Pengembangan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (PKPM FEB UB), jika roadmap simplifikasi cukai hasil tembakau dijalankan oleh pemerintah sesuai PMK 146/2017, total potensi penerimaan negara bertambah sebesar Rp17,573 triliun.

Selain berkontribusi secara ekonomi, IHT juga menyerap tenaga kerja yang secara keseluruhan mencapai 5,5 juta orang.

“Kalau satu orang menanggung empat anggota keluarga, berarti ada 20 juta orang menggantungkan hidupnya dari IHT,” papar Erani.

Selama ini, banyak pihak yang meragukan dampak positif simplifikasi karena dinilai merugikan tenaga kerja, khususnya di sektor sigaret kretek tangan (SKT) yang padat karya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News