Singapura, AS dan Uni Eropa Mulai Fokus pada Obat COVID, Australia Diminta Tidak Ketinggalan
"(Meski vaksinasi telah dilakukan) Ada kebutuhan besar dan mendesak agar kita memiliki perawatan yang lebih baik bagi para pasien COVID," kata Dr Steven Tong.
"Jadi saya pikir benar-benar ada kebutuhan besar, kebutuhan mendesak, bagi kita untuk memiliki perawatan yang lebih baik untuk pasien dengan COVID."
Menurutnya, meski 80 persen populasi Australia divaksinasi, sebagian besar masih akan rentan terhadap penyakit karena mereka resisten terhadap vaksin atau memilih untuk tak divaksinasi.
Dr Tong mengatakan ASCOT saat ini fokus pada obat anti-koagulan untuk menghentikan pasien COVID mengalami pembekuan darah.
Dia menyebut kelas obat yang disebut antibodi monoklonal telah berhasil dalam mengobati pasien COVID yang baru saja tertular penyakit dan paling menular.
"Ada bukti yang cukup kuat menurut sejumlah penelitian ... untuk pasien yang dirawat di rumah sakit, jika Anda memilih pasien yang tepat maka [obat-obatan] ini sangat efektif dalam mengurangi risiko masuk ke rumah sakit itu sendiri atau kemudian meninggal," kata Dr Tong.
"Obat ini telah disetujui untuk penggunaan darurat di Amerika Serikat sekarang. Pasien yang didiagnosis COVID sejak dini di komunitas bisa datang ke klinik atau meminta perawat datang ke rumah untuk diberikan infus antibodi ini," jelasnya.
Ditanya apakah Pemerintah Australia harus segera mengamankan stok obat antibodi monoklonal ini, Dr Tong mengatakan, semakin cepat mendapatkannya akan semakin baik.