Soal Dwelling Time, Kemarahan Jokowi Hanya Pencitraan?
jpnn.com - JAKARTA - Sikap Presiden Joko Widodo yang geram saat menemukan amburadulnya masalah dweelling time di Tanjug Priok, malah dikritik oleh politikus Gerindra, Heri Gunawan.
Anak buah Prabowo Subianto yang jadi Wakil Ketua Komisi VI itu mengkritik karena setelah marah hingga mengancam akan memecat dirjen hingga menteri tapi pelayananan di pelabuhan tak ada yang berubah.
"Setelah Jokowi marah-marah apa yang berubah? Dari hasil pantauan, ruang Pusat Perizinan Impor Ekspor Terpadu (P3IET) tempat Jokowi marah-marah di Pelabuhan Priok, tetap sepi. Beberapa meja pelayanan seperti Kemenperin, Kementan, terlihat kosong. Semua masih sama saja," katanya, Sabtu (27/6).
Menurutnya, mengurus masalah seperti dwelling time di Priok bukan dengan marah-marah. Tidak ada bukti scientifik yang menunjukkan bahwa dengan marah-marah lalu masalah negara langsung beres. Justru sikap marah itu menunjukkan lemahnya Jokowi membangun sistem.
Sampai detik ini, lanjutnya, Indonesia masih bermasalah serius dengan tata kelola logistik. Berdasarkan data Bank Dunia, peringkat Performance Logistic Index (LPI) Indonesia, masih buruk (peringkat 53). Bandingkan dengan negara-negara ASEAN lain seperti Malaysia (posisi 25), Thailand (posisi 35), bahkan Singapura bisa mencapai peringkat 5 dunia.
"Ini jelas memprihatinkan, dan sekali lagi, masalah itu tidak bisa selesai lewat manajemen marah-marah," katanya.
Masalah logistik, kata Heri bukan perkara enteng. Logistik yang buruk mencerminkan infrastruktur dan manajemen pelabuhan yang jelek.
"Saya tak bisa bayangkan jika di Tanjung Prok saja bisa berhari-hari, bagaimana dengan pelabuhan lain. Itu adalah kerugian besar yang terjadi setiap tahun. Kerugian sebesar itu tidak bisa dibereskan lewat manajemen marah-marah. Kalau harus ganti, langsung ganti. Jangan hanya berani ancam yang bisa ditafsirkan sebagai pencitraan. Apalagi manajemen marah-marah itu ditayangkan di TV," sebutnya. (fat/jpnn)