Soal Polemik Radikalisme & Good Looking, Menag Blunder, PWNU Jatim Minta Hati-hati
“Namanya pendidikan pondok pesantren itu ya, pondok pesantren NU khususnya, itu kan lembaga pendidikan juga. Lembaga mandiri yang tidak dibiayai oleh negara, tapi output dari pendidikan itu 24 karat nasionalisme, bukan radikalisme, toleransi mereka. Jadi tidak semua masjid dan tidak semua sekolahan,” tuturnya.
Anwar juga menyinggung mengenai reshuffle kabinet, sehubungan dengan telah banyak pihak yang selama ini sudah memperingati Menag Fachrul Razi.
Menurutnya, kalau memang Presiden Jokowi mendengarkan pandangan dari orang yang membuat kinerja kurang baik, maka hak Presiden untuk mereshuffle.
“Jadi persoalannya, presidennya bagaimana, dengar apa enggak. Ya kalau memang Presiden mendengar aspirasi yang demikian besarnya, ya semestinya itu dijadikan acuan dan dasar untuk meninjau kembali (kinerja Menag). Mumpung ya, mumpung masyarakat dan umat Islam masih cukup percaya terhadap Presiden, masak gara-gara kementerian saja kemudian kepercayaan masyarakat dan umat Islam kepada Presiden ini tidak ada,” katanya.
“Katanya mau dengar, dulu kan janjinya Presiden mau dengar, mau dengar nasihat ulama, kan gitu dulu. Sekarang sudah banyak ulama yang ngomong, bahkan akademisi, partai politik, lembaga-lembaga survei, itu bukan dalam arti mendesak Presiden, bukan. Aspirasi rakyat kan biasa. Jangan kemudian aspirasi rakyat dianggap mendesak, enggak boleh begitu, Presiden enggak boleh begitu. Presiden itu kan abdi dari rakyatnya, ulama adalah sebagian dari rakyat,” tutup Anwar. (rhs/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!