Soft Skill Siswa SMK Rendah, Kemendikbudristek & GSM Gencarkan Program untuk Kepsek
Sementara Muhammad Nur Rizal, founder GSM sekaligus pemateri dalam pelatihan tersebut menyampaikan bahwa perubahan mindset adalah prioritas utama untuk mengantisipasi sistem pendidikan ke depan, yaitu sebesar 21 sampai 27 persen.
Selanjutnya, diikuti penciptaan ekosistem sekolah 18 sampai 23 persen. Kemudian pengembangan profesionalisme guru 15 sampai 19 persen, dan keterhubungan dengan lingkungan rumah dan sosial 11 sampai 16 persen.
Data ini kata Rizal, dikutip dari analisis McKensey dalam OECD PISA 2015 terhadap sekolah-sekolah di seluruh benua tentang urutan prioritas perubahan yang harus dilakukan di dunia pendidikan.
"Survei dari McKensey ini sejalan dengan empat strategi perubahan yang dirancang GSM untuk diimplementasikan kepala sekolah setelah melakukan pelatihan perubahan mindset," ucapnya.
Strategi perubahan tersebut antara lain kepemimpinan sekolah transformatif, lingkungan belajar positif dan keterhubungan sosial, pembelajaran berbasis penalaran dan kesadaran diri, dan pengembangan praktik bersama.
Dia mengungkapkan sudah saatnya Kemendikbudristek memandang permasalahan ini dengan cara pandang baru dan lebih fundamental.
Menurutnya, berbagai permasalahan terkait softskill siswa SMK seperti inisiatif yang kurang, tidak tahan tekanan, kurangnya kemampuan komunikasi dan kerja sama, yang sudah lama terjadi harus segera ditemukan jalan keluarnya.
"Saya mengajak kepala sekolah dan guru-guru di Indonesia untuk mengedepankan ekosistem yang membuat siswa lebih kreatif dan beyond the book. Ini agar anak Indonesia tidak lagi merasa terancam posisinya tergantikan robot dan mesin otomasi," pungkas Muhammad Nur Rizal. (esy/jpnn)